Sapi hingga kambing, mungkin akan menjadi deretan hewan yang bakal lebih sering diomongin jelang Hari Raya Iduladha. Kamu tentunya sudah sering banget nemuin penjual hewan ternak di pinggir-pinggir jalan. Namun di Sumatera Barat (Sumbar) ada penjualan hewan ternak yang nggak biasa lewat tradisi Marosok.
Kenapa tradisi penjualan hewan ternak ini tidak biasa? Karena alih-alih berbicara dalam proses tawar-menawar harga antara penjual dan pembeli, mereka malah nggak ngomong satu kata pun!
Terus bagaimana cara menyepakati harga jual-belinya ya? Kalau diperhatikan lebih detail, penjual dan pembeli sebenarnya saling berjabat tangan ditutupi oleh kain, sarung, baju hingga topi, sambil jari-jari mereka bergerak.
Kemudian hanya terdengar gumaman (hmm..) dari penjual dan pembeli yang sedang nego harga di bawah kain. Jari mereka bermain, bergoyang ke kiri dan kanan. Setiap jari melambangkan nilai uang, mulai dari puluhan, ratusan, hingga jutaan rupiah. Jika pembeli atau penjual menggoyang jari ke kiri atau mematahkan ke bawah artinya mengurangi harga.
Ketika harga sudah disepakati bersama, barulah jabatan tangan pembeli dan penjual dilepaskan, hewan ternak pun boleh dibawa pulang pembeli. Mereka berpisah tanpa mengucapkan kata-kata apapun.
Alasan tidak diperlukan sepatah kata pun dalam bertransaksi di tradisi Marosok selain menjaga rahasia penjual dan pembeli, juga bertujuan agar tidak ada intervensi pihak ketiga saat tawar menawar terjadi.
Tradisi Sejak Zaman Raja Minangkabau
Tradisi ini bukan sembarang tradisi, namun telah diajukan sejak zaman Raja-raja Minangkabau dahulu. Kini, tradisi Marosok masih berlangsung di daerah pedalaman Sumatera Barat (Sumbar) seperti di Desa Cubadak, Kabupaten Tanah Datar, tepatnya di Pasar Ternak Koto Baru setiap hari Selasa. Tradisi Marosok juga ditemukan di Pasar Ternak Sungai Sariak di Kabupaten Padang Pariaman setiap hari Rabu.
Disana ada sekitar 100 pedagang dengan jumlah hewan ternak bisa mencapai 150-200 ekor. Tanpa kios-kios atau tenda, semua pedagang, pembeli hewan ternak membaur menjadi satu di lapangan.
Dalam tradisi Marosok di Sumbar, hewan ternak yang dijual memang beragam dari sapi, kambing, kerbau hingga domba. Namun yang umum terlihat di pasar adalah sapi, karena banyak dibutuhkan untuk bahan dasar makanan khas Minang.