- Kamikaze adakah salah satu drone perang yang bakal ‘bunuh diri’ di peperangan setelah menyerang.
- Bersama PT Pindad, Indonesia sedang merancang drone kamikaze buatan dalam negeri.
Dalam perang, kini nggak cuma pesawat atau roket rudal yang digunakan sebagai senjata. Namun alat seperti drone (pesawat tanpa awak) kini mulai dimanfaatkan untuk peperangan, Sob. Salah satunya adalah drone bunuh diri atau kamikaze yang dipakai pihak Rusia untuk menyerang tempat-tempat strategis di Ukraina. Drone kamikaze kerap dipakai karena keunggulan spesifikasi yang mampu mengalahkan lawan dalam peperangan.
Kalau yang dipakai Rusia, drone kamikaze bernama Shahed-136 ternyata bukan buatan Rusia sendiri, sih, melainkan buatan Iran. Keunggulan dari drone ini adalah memiliki jangkauan hingga 2.000 kilometer yang bisa mengunci dan menabrak tubuh sasaran hingga meledak. That’s why namanya drone bunuh diri yang mana ini bikin pertahanan udara lawan kalang kabut serta serba salah, Sob.
Soalnya, ya, untuk menjatuhkan drone ini harus dilakukan dengan cara menembakkan rudal yang cukup mahal dari drone-nya. Kalau harga drone cuma 20 ribu dolar AS, harga rudal untuk jatuhkan drone-nya bisa mencapai 500 ribu dolar. Udah gitu persediaannya juga terbatas, makanya banyak negara yang terpaksa, deh.
Hal inilah yang membuat banyak negara tertarik membeli atau mengembangkan sendiri drone bunuh diri kamikaze, termasuk Indonesia. Kira-kira, gimana, ya, Indonesia mengembangkannya?
Drone Kamikaze Versi Indonesia
Saat ini, drone kamikaze dikembangkan oleh PT Pindad (Persero) yang bekerja sama dengan salah satu startup lokal Bandung bernama BETA dan drone tersebut diberi nama Minibe.
“Kamikaze drone itu sistemnya seperti misil karena di dalamnya drone atau warhead-nya kita bisa tambahkan explosive,” kata Senior Development Product and Process Development of Ammunition Innovation Division PT Pindad Saraswaty.
Lalu apa, nih, keunggulan dari spesifikasi drone kamikaze ala Indonesia alias si Minibe? Dikatakan oleh pihak PT Pindad, nantinya drone ini dibekali daya ledak tergantung dari isian bahan peledak yang dimasukkan. Namun maksimal saat ini diisi sebanyak 0,8 kg TNT atau RDX. Selain itu Minibe juga memiliki kemampuan jarak terbang mencapai 25 km dengan kecepatan 250 km per jam.
“Dia bisa terbang sendiri, bisa diangkut oleh ini (drone missile), bisa juga swarming. Swarming itu jadi dia kayak lebah gitu konsepnya, jadi ada beberapa untuk dia menghancurkan satu area,” lanjut Saraswaty.
Nggak hanya PT Pindad, drone bunuh diri juga dikembangkan PT Dahana (Persero) yaitu Rajata. Rajata sendiri bahkan merupakan teknologi baru dan pertama di Asia Tenggara yang dapat dibekali warhead asap maupun warhead live (bahan peledak).
Belum diketahui kapan Minibe dan Rajat rampung dan bisa dioperasikan menjadi salah satu alat pertahanan Indonesia. Siapa tahu dengan semakin kecilnya alat-alat pertahanan Indonesia, peringkat di kekuatan militer dunia bisa meroket jadi 5 besar, setara dengan negara adidaya, nih!