Insiden penyerangan harimau Sumatra atau panthera tigris Sumatrae terhadap warga terjadi di Aceh Selatan. Kasus ini pun menjadi perhatian khusus tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh nih, Sob.
Bukan tanpa alasan, tim BKSDA Aceh menilai penyerangan harimau Sumatra terhadap warga Aceh Selatan seharusnya tidak terjadi. Karena pada dasarnya, hewan dilindungi termasuk harimau cenderung menjauh bila mengetahui ada manusia di sekitarnya.
Tim medis BKSDA Aceh pun menduga, harimau yang menyerang warga terjangkit canine distemper virus (CDV) yang mengakibatkan harimau tidak takut lagi kepada manusia.
“Kami perlu meneliti perilaku harimau tersebut dengan memeriksa darah apakah terjangkit canine distemper virus atau tidak,” ujar Rosa Rika Wahyuni, tim medis BKSDA Aceh, seperti dikutip Antara, pada Minggu (5/2/2023).
Sekedar informasi saja, saat ini harimau yang diduga telah menyerang warga telah diamankan tim BKSDA Aceh setelah masuk perangkap di kawasan hutan Gunung Simpali, Desa Koto, Kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan, pada Sabtu (4/2/2023).
Usai masuk perangkap yang dibuat oleh warga setempat, sampel darah harimau yang diambil akan dikirim ke Laboratorium PSSP Bogor untuk pemeriksaan CDV lebih lanjut lagi. Diperkirakan, hasil tersebut akan keluar dalam waktu seminggu.
Dalam penangkapannya, harimau tersebut mengalami luka parah, namun sudah ditangani dengan baik oleh tim medis BKSDA Aceh. Saat ini pun kondisi harimau sudah semakin membaik.
Selain itu, BKSDA Aceh mencatat sudah tiga korban yang diserang panthera tigris Sumatrae dalam waktu berdekatan. Pertama, pada 28 Januari 2023 di mana tim patrol kehutanan bernama Rusdianto diserang saat berpatroli. Sedangkan dua korban lainnya bernama Amrizal (65) dan Hafifi Yunanda (29) diserang pada 1 Februari 2023.
Ketiga korban mengalami luka parah dan telah dirawat di RSUD Yuliddin Away di Tapaktuan, Aceh Selatan.