Di dunia ini hutan terbagi menjadi 2 bagian, yakni hutan di daratan dan hutan di dasar laut. Hutan di daratan seperti yang kita ketahui menjadi tempat flora dan fauna. Begitupun dengan hutan bawah laut. Meski demikian, keduanya tetap ada perbedaannya, loh. Kita cari tahu perbedaannya, yuk!
Jika melihat fungsinya baik hutan di darat maupun lautan nggak jauh beda, Sob. Di darat hutan akan dikelilingi oleh pohon-pohon dan tumbuhan lain yang menjadi habitat untuk para hewan. Sama halnya hutan bawah laut juga untuk melindungi habitat, makanan dan menjadi tempat berlindung organisme laut.
Namun, bedanya hutan ini dibentuk bukan dengan pohon biasa, melainkan rumput laut yang tinggi bisa mencapai puluhan meter. Bentuknya seperti membuat langit-langit hutan yang bergoyang ketika diterpa gelombang.
Meskipun wujudnya raksasa, tapi pada dasarnya rumput laut sama seperti tumbuhan lain. Di mana mereka tumbuh dengan menyerap energi sinar matahari dan karbon dioksida melalui proses fotosintesis.
Kira-kira berapa luas hutan bawah laut ini?
Apabila di darat manusia bisa mengukur luas hutan dengan menggunakan satelit. Namun yang dilakukan di darat ini nggak bisa dilakukan untuk mengukur luas hutan bawah laut. Lantaran hal tersebut akan lebih sulit jika dilakukan.
Oleh karena itu, cara peneliti untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengandalkan jutaan catatan bawah air yang terkumpul dari berbagai literatur ilmiah. Mulai dari repositori online, herbaria lokal, dan masyarakat pencinta sains.
Dengan bantuan dari literatur ilmiah ini yang membuat para peneliti mencoba menggambarkan distribusi global hutan laut versinya. Alhasil dari penelitian tersebut ditemukan bahwa hutan laut dari seluruh dunia bisa mencakup 6 sampai 7,2 juta km persegi. Atau simpelnya, hampir 4 kali lipat lebih besar dibanding luas keseluruhan Indonesia. Nggak kebayang lagi, deh, seluas apa hutan ini, Sob.
“Hutan makroalga adalah bioma utama dengan luas global 6,067-7,22 juta km2, didominasi alga merah dan NPP (Net Primary Production 1,32 Pg C/tahun, serta alga cokelat,” ujar peneliti sebagaimana dikutip dari Good News From Indonesia.
Produktivitas Hutan Laut
Setelah keseluruhan diketahui, berikutnya peneliti juga mencari berapa tingkat produktivitas hutan laut dan seberapa banyak rumput laut yang tumbuh. Untuk mengidentifikasi hal ini dilakukan oleh penyelam scuba.
Hasilnya ditemukan bahwa hutan laut lebih produktif daripada membudidayakan banyak tanaman secara intensif seperti beras, jagung, dan gandum. Produktivitas tertingginya terdapat di daerah beriklim sedang, di mana bermandikan air dingin kaya nutrisi.
Sementara itu berbeda dengan hutan laut kebanyakan menghasilkan biomassa yang banyaknya bisa 2 hingga 11 kali lipat per area dibandingkan tumbuhan yang telah disebutkan tadi.
Berkat penemuan ini bisa membantu untuk mempersiapkan ketahanan pangan di masa depan yang bakal memfokuskan pada peternakan rumput laut. Sebab, dengan beternak rumput laut dapat menambah produksi di darat dan mendorong pembangunan berkelanjutan.
Hutan Laut dalam Kondisi Krisis
Namun, sayangnya akibat adanya efek rumah kaca belakangan ini memengaruhi keberlangsungan hutan laut. Buktinya belum lama ini hamparan hutan yang luas di wilayah perairan Australia Barat, Kanada Timur, dan California menghilang! Dari sini menandakan bahwa hutan laut dalam kondisi krisis, Sob.
Akibatnya potensi penyerapan karbon dan banyak habitat yang turut musnah. Akan tetapi ada kemungkinan juga hutan laut ini akan berpindah ke beberapa wilayah Arktik. Mengingat perlahan kawasan tersebut es laut mencair di mana otomatis suhu air juga ikut menghangat.
Nah, Sobat, dari sini kita tahu ternyata hutan laut memiliki potensi luar biasa di masa depan. Agar hutan laut tetap ada, mari kita bersama-sama menjaga hutan laut agar tak ada lagi yang menghilang dengan mengatasi masalah efek gas rumah kaca agar tak berdampak lagi bagi keberlangsungan bawah laut.