Alas kaki atau sepatu merupakan komoditas hasil olahan industri manufaktur yang juga menjadi kebanggan Indonesia. Produk alas kaki kerap diekspor ke berbagai negara. Biasanya, sepatu yang dibuat di pabrik manufaktur adalah produksi skala besar dan akan dipasarkan secara lebih luas.
Akan tetapi, tahukah Sobat SampaiJauh bagaimana alas seperti sepatu dibuat di pabrik manufaktur? Setidaknya ada 8 tahapan pembuatan sepatu dari awal hingga menjadi barang jadi.
Seiring berjalannya waktu, produk alas kaki sepatu semakin diminati, terlebih sepatu atau sandal yang telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Dan tak hanya sepatu merek internasional seperti Nike atau Adidas saja yang digemari masyarakat, sepatu-sepatu lokal dengan ciri khas masing-masingnya seperti Fortuna Shoes, Prabu, hingga Sagara Bootmaker bahkan sudah go international juga, lho!
Dalam pembuatan produk sepatu, beberapa pabrik manufaktur akan menggunakan istilah yang hampir sama untuk menyebut elemen-elemen pada sepatu. Umumnya, konstruksi sepatu terbagi menjadi 2 bagian utama yaitu bagian atas (upper) dan bagian bawah (bottom).
Upper adalah bagian sepatu dari mulai ujung depan sepatu, sisi kanan dan kiri, bagian lidah sampai ke bagian belakang. Biasanya pada bagian ini dibuat dari bahan kain yang sintetis atau leather yang telah dirakit melalui proses penjahitan.
Sedangkan bottom, biasanya orang menyebutnya dengan bagian sole. Bagian ini terbagi lagi menjadi insole, midsole dan outsole.
Tahapan Proses Produksi Sepatu
Kali ini, SampaiJauh akan membahas lebih lanjut 8 tahapan pembuatan sepatu di pabrik manufaktur. Apa saja tahapan-tahapan tersebut?
1. Upper componen cutting
Cutting process adalah proses pemotongan bahan baku sepatu sebelum dibuat menjadi bagian atas atau upper. Bahan baku yang dipotong biasanya berupa kain atau kulit (leather). Selanjutnya, pemotongan mengikuti pola-pola yang diinginkan dan telah dirancang.
Alat yang digunakan dalam proses pemotongan ini adalah mesin potong (cutting machine) dan juga alat cutting dies yang bentuk dan ukurannya telah dibuat sesuai dengan pola-pola potongan yang akan dikerjakan.
2. Stitching/sewing
Lalu, setelah bahan pada bagian atas sepatu/upper telah dipotong, maka bisa dilakukan proses penjahitan hingga menjadi bagian upper sepatu secara utuh. Tentunya proses penjahitan ini membutuhkan waktu dalam pengerjaannya. Pola-pola yang telah dipotong sebelumnya harus dijahit satu persatu, hingga membentuk upper sepatu yang diinginkan dan kemudian disatukan di proses perakitan.
3. Outsole production
Selanjutnya, ada proses untuk membuat outsole atau bagian bawah sepatu yang langsung bersentuhan dengan tanah. Outsole harus mempunyai cengkraman (grip), daya tahan dan juga tahan air. Biasanya, bahan yang digunakan untuk outsole adalah berbahan plastik, karet/rubber dan sponge.
4. Insole production
Setelah membuat outsole, selanjutnya pabrik manufaktur sepatu akan membuat insole yang merupakan bagian dalam sepatu, berada di atas outsole dan midsole. Pemilihan bahan untuk insole haruslah nyaman karena bersentuhan langsung dengan kaki.
5. Stock fitting
Di dalam proses ini, bagian-bagian dari bottom sepatu (outsole, midsole dan insole) digabungkan dan dirangkai hingga membentuk keutuhan pada bagian bawah.
Biasanya, proses ini dilakukan pada bagian midsole yang berbahan dasar phylon yang dipadukan dengan outsole berbahan dasar karet (rubbersole), dengan cara mengelem/cementing.
6. Assembly
Assembly adalah tahapan selanjutnya di proses pembuatan sepatu. Bagian upper yang diproduksi dari divisi stitching pada proses sebelumnya dan bagian bottom yang diproduksi di divisi stockfit dirakit dalam proses ini sampai membentuk sepasang sepatu.
Namun justru di di tahap ini ada sejumlah proses dan hal-hal yang harus diperhatikan. Apa saja hal-hal tersebut?
a. Memerhatikan laste yang dipakai
Laste digunakan untuk membentuk sepatu agar mengikuti kontur kaki saat proses perakitan bagian upper dan bottom. Dan setiap merek sepatu memiliki dimensi laste berbeda-beda meski dengan ukuran yang sama. Seperti contohnya sepatu untuk kaki orang Asia dan untuk kaki orang Eropa memiliki laste yang berbeda.
b. Treatment upper-bottom
Sebelum bagian atas dan bawah disatukan, permukaan upper dan bottom sepatu harus diberi treatment terlebih dahulu. Tujuan dari perawatan ini untuk membersihkan contact surface, membuka pori-pori permukaan bottom dengan penyinaran ultra violet (UV), cementing, dan heating.
c. Proses penyatuan upper dan bottom
Tentunya ada beberapa jenis bahan yang digunakan untuk bagian upper dan midsole sepatu. Setiap jenis bahan dipastikan akan memengaruhi proses penyatuan hingga jenis mesin yang dipakai.
Untuk sepatu yang berbahan Phylon, antara upper dan phylon disatukan dengan menggunakan mesin toelast-healast. Toelast sendiri merupakan metode pengeleman dengan cara di-press di bagian ujung (toes). Dan, healast adalah proses penyatuan bagian belakang/heal dengan cara yang sama.
Ada pula sepatu jenis strobel, jenis ini tidak menggunakan mesin toelast-healast karena upper dan midsole disatukan dengan cara dijahit.
7. Pendinginan
Setelah bagian upper dan bottom disatukan dengan cara menggunakan mesin press, laste tidak boleh langsung dilepas. Diperlukan proses pendinginan untuk menghentikan perubahan bentuk material yang dipakai untuk sepatu.
Ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pendinginan perlahan dan pendinginan cepat. Pada cara pertama, sepatu dilewatkan dalam conveyor gantung yang panjang dan didinginkan dengan angin dengan suhu ruang normal. Sedangkan pada cara kedua, sepatu diletakkan di atas conveyor yang melewati lorong dengan suhu chiller.
8. Finishing
Setelah melalui proses pendinginan, barulah sepatu hasil produksi manufaktur melewati pemeriksaan kualitas, kemudian akan dikemas dalam dus karton untuk dikirim dan disimpan ke gudang, sebelum Sobat SJ membelinya di store terdekatmu.
Bagaimana, Sobat? Menarik kan prosesnya?