Kawasan industri dan pengolahan nikel di Morowali, Sulawesi Tengah memiliki potensi energi surya yang besar. Hal ini dapat menjadi peluang baik untuk mendukung operasional produksi olahan nikel. Salah satunya dengan penerapan sumber energi baru terbarukan yang memiliki daya mumpuni untuk produksi baterai kendaraan listrik ramah lingkungan.
Kebutuhan tersebut didasari orientasi berprinsip go green dalam produksi di bidang energi. Sejumlah lini industri pun telah beralih menerapkan teknologi yang rendah emisi serta polusi. Salah satunya ialah dengan mencari potensi energi terbarukan seperti hidropower, angin, dan matahari.
Nah, Sob, dari hasil evaluasi dan riset, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) diketahui memiliki potensi besar sebagai energi penggerak sistem operasional produksi nikel. Tentu temuan ini perlu lebih dikembangkan menjadi sarana energi alternatif yang lebih masif.
Terlebih hingga kini, sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia masih beroperasi menggunakan tenaga hasil pembakaran dari bahan baku batu bara yang mengeluarkan emisi.
Artinya, Sob, merunut dari hulu ke hilir, pabrikasi dan penggunaan kendaraan listrik tidaklah menjamin emisi gas buang yang terlepas ke udara benar-benar nol. Belum lagi produk turunannya berupa penggunaan dan pengolahan baterai dari nikel.
Kolaborasi Strategis
Atas dasar itulah, perusahaan Nickel Industries (NIC) menggenjot produk nikel yang ramah lingkungan dan menghasilkan sedikit karbon. Langkah ini dicapai melalui kolaborasi NIC dengan PT Sumber Energi Surya Nusantara (SESNA), perusahaan energi baru terbarukan yang berfokus pada pengembangan energi surya.
Sustainability Manager NIC Muchtazar mengatakan, mereka bakal menggandeng SESNA untuk mengurangi jejak karbon sekaligus memproduksi nikel yang bersih dan berkelanjutan. Kerja sama untuk operasional PLTS ini dipandang sebagai langkah konkret dan strategis untuk mengurangi emisi karbon.
“Ini salah satu upaya yang kami lakukan untuk mengurangi jejak karbon. Kami, di antaranya melalui kolaborasi dengan SESNA, mengefisienkan penggunaan energi,” ujar Muchtazar di Jakarta, Selasa lalu (26/9/2023) melansir Medcom.
Melalui anak usaha PT Hengjaya Mineralindo, SESNA mulai memanfaatkan PLTS hibrida dengan kapasitas awal 395 kilowatt peak (kWp). Penggunaan PLTS yang dikembangkan oleh SESNA tersebut ditujukan mendukung operasional tambang dan hunian karyawan.
Setelah melihat keunggulan dari penggunaan sumber energi surya, NIC memperbesar kapasitas PLTS hingga 200 megawatt peak (MWp). Pengembangan ini dimanfaatkan sebagai sumber energi aktivitas pengolahan atau smelter nikel yang berada di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
“Kolaborasi dengan SESNA ini sangat menyenangkan lantaran provider untuk tenaga surya yang berasal dari Indonesia sendiri. Jadi, kami ingin memprioritaskan untuk partner-partner lokal karena kami ingin keberadaan perusahaan bisa berkontribusi positif untuk perkembangan Indonesia,” ucap Muchtazar.
Bebas Emisi, Hemat Biaya
Pemanfaatan PLTS ini sejalan dengan program keberlanjutan yang dijalankan oleh Nickel Industries, khususnya pada pilar lingkungan. NIC berusaha untuk menghasilkan nikel yang ramah lingkungan atau rendah jejak karbon.
Di samping itu, saat ini nikel disebut sebagai salah satu bahan baku produk baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Maka dengan pengembangan PLTS, diharapkan dapat menghasilkan nikel yang diproses secara berkelanjutan.
“Sejauh ini kami sangat puas dengan kolaborasi ini, dan ingin segera meningkatkan kapasitas energi yang dihasilkan dari tenaga surya ini, baik untuk di tambang dan smelter kami ke depannya,” kata Muchtazar lagi.
Selain ramah lingkungan, Muchtazar menyebut bahwa biaya operasional untuk penerapan energi baru terbarukan dalam PLTS juga lebih hemat. Inilah kelebihan lain yang perlu diperbesar penerapannya di lini industri lain yang bergerak di bidang energi dan sumber daya mineral.
“Kerja sama dengan SESNA energi terbarukan ini bisa diperoleh dengan biaya yang sama atau bahkan lebih murah dari yang konvensional. Jadi sebetulnya dengan menerapkan energi baru terbarukan ini kita bisa berhemat juga dalam jangka panjang,” ujarnya.