Sobat SJ pasti sudah pernah mendengar mengenai game Among Us, kan? Nah, di dalam game tersebut muncul karakter yang disebut dengan impostor, Sob. Dalam game tersebut, karakter tersebut digambarkan sebagai seseorang atau kelompok yang berperan sebagai penyelundup dan bertugas untuk membasmi pemain lainnya. Nah, karakter seperti ini rupanya nggak hanya ada di game, namun juga kehidupan sehari-hari; psikologi menyebutnya sebagai impostor syndrome.
Menurut Merriam-Webster, impostor adalah seseorang yang memiliki identitas atau gelar palsu dengan tujuan menipu. Sedangkan impostor syndrome adalah seseorang yang merasa dirinya masih kurang baik. Ia kerap meragukan kemampuannya dan bahkan takut seseorang mengekspos dirinya sebagai penipu.
Dilansir Verywellmind.com, impostor syndrome alias sindrom penyemu merupakan gangguan mental yang ditemukan pada 1978. Sebuah penelitian bahkan mengungkapkan setidaknya ada 70 persen orang pernah mengalami fase ini di kehidupan, tak terkecuali di kantor.
Berasal dari Kurangnya Rasa Percaya Diri
Seseorang yang mengalami impostor syndrome memiliki rasa ragu dalam dirinya sendiri. Hal ini memengaruhi segala aspek kehidupannya, mulai dari pencapaian, kompetensi, dan kemampuan. Apalagi ketika keraguannya tambah besar, ia bakal sulit mengembangkan image dirinya sendiri secara realistis.
Semua Orang Bisa Mengidap Gangguan Ini
Gangguan mental impostor syndrome bisa dialami oleh siapapun. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa faktor yang mengembangkan simtom. Faktor pertama adalah tantangan baru. Kesempatan kerja seperti pekerjaan baru atau promosi untuk jabatan lebih tinggi dapat memicu tumbuhnya impostor syndrome. Sebab, mereka dihadapkan dengan ekspektasi yang semakin tinggi dan membuatnya merasa harus lebih baik lagi.
Alasan kedua adalah dirinya dilabeli sebagai orang pintar. Seseorang yang dianggap pintar oleh sekitar akan merasa dirinya harus mencapai ekspektasi tertentu. Hal ini membuat mereka merasa harus menjadi lebih baik daripada orang lain.
Sedangkan menurut Valerie Young, founder dari Impostor Syndrome Institute, terdapat lima tipe dari pengidap gangguan mental ini. Simak baik-baik, ya, Sob.
1. The Expert
Tipe ini mengukur kompetensinya berdasarkan value dan kuantiti yang mereka mampu lakukan. Mereka bakalan nggak punya rasa puas sampai pada akhirnya mengetahui sesuatu. Dalam penerapannya, the expert selalu mengulik informasi baru yang akhirnya membuat dirinya melupakan tugas prioritas.
2. The Perfectionist
Dari julukannya sudah bisa terlihat, ya, Sob, bahwa the perfectionist ingin menjadi sempurna dalam keadaan apapun. Saat ia menginginkan sesuatu namun tak tercapai, dirinya bakal cemas, ragu hingga gelisah.
Tipe ini merasa bahwa kesuksesan tak bisa membuatnya puas sebab dirinya percaya kalau hasil tersebut bisa ditingkatkan. Memang tujuannya baik, namun ke depannya akan membuat tim kerja bak kerja keras bagai kuda, nih.
3. The Superhero
Tipe ini cenderung ahli dalam segala hal karena mereka mendorong dirinya sendiri secara ‘keras’. Work hard, play hard gitu, lha, ya. Layaknya superhero, ia selalu berusaha untuk kerja keras daripada orang di sekitarnya.
Namun sayangnya, kerja keras ini merupakan bentuk pelariannya terhadap kegelisahan. Sebab, kerja keras yang terlalu berlebihan akan mengancam kesehatan mental serta hubungan dengan kolega.
4. The Natural Genius
Tipe ini mampu menguasai kemampuan baru dengan mudah dan cepat. Mereka menilai kompetensi diri berdasarkan kecepatan dan minimnya usaha yang dilakukan, Sob.
Jadi, ketika the natural genius ini mengerjakan suatu tugas lebih lambat dari biasanya, maka mereka akan malu. Sama halnya dengan perfeksionis, standar mereka tinggi banget bahkan untuk dirinya sendiri.
5. The Soloist
Layaknya penyanyi solo, pekerja the soloist adalah sosok individualis tinggi. Mereka lebih senang kerja sendiri dibandingkan bertugas untuk proyek kelompok.
The soloist percaya kalau meminta bantuan adalah bentuk kelemahan. Ini dikarenakan dirinya mampu membuktikan kalau kerja kerasnya tanpa bantuan orang lain pun bisa membuahkan hasil apik.
Cara Mengatasi Impostor Syndrome
Ketika rekan kerja kalian ada yang mengalami impostor syndrome, jangan malah dihindari atau dicuekin, nih, Sob. Ada baiknya luangkan waktu untuk mendengarkan dan membantunya agar menjadi lebih baik. Beberapa cara di bawah ini bisa kamu lakukan untuk membantunya, ya.
- Memahami Perasaan Pribadi
Bantu rekan kerjamu untuk memahami perasaannya. Dengan memercayai dirinya sendiri, maka ia bisa mengurangi rasa cemas dengan baik. Pandu ia untuk mengurangi perasaan tidak enakan atau jadi people pleaser serta cari mentor untuk bisa dipercaya.
2. Bangun Koneksi
Bantu ia untuk membangun koneksi dengan lingkungan kantor untuk mendukung satu sama lain. Dengan membantunya untuk terkoneksi dengan sekitar, ia akan belajar untuk membaur dengan sekitar sesuai dengan kepriadiannya, Sob.
Jika ada rekan kantormu yang mengalami impostor syndrome, jangan segan untuk berkomunikasi dengannya, ya. Tak ada salahnya untuk membantunya dalam berkomunikasi dengan sekitar, Sob, agar lingkungan kerja dan kerja sama tim bisa menjadi lebih baik.