Menurut penjelasan dari World Health Organization (WHO) stunting merupakan gangguan pertumbuhan akibat infeksi berulang dan kekurangan gizi. Biasanya kondisi ini terjadi pada masa pertumbuhan anak-anak, Sob.
Di Indonesia sendiri, tingkat stunting cukup tinggi. Kalau stunting nggak diatasi sedari dini, maka akibatnya bisa terkena gizi buruk yang akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Presiden Joko Widodo sendiri menargetkan angka stunting di Indonesia turun sampai 14% sampai tahun 2024. Demi menggapai target tersebut, melalui kolaborasi multi-stakeholders yang dilakukan oleh Yayasan Edufarmers International dan beberapa pihak lainnya melakukan percepatan penurunan stunting untuk mencapai zero stunting di Indonesia.
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Setwapres, Suprayoga Hadi mengatakan, untuk menangani kasus stunting di Indonesia harus melihat dari dua konteks, yaitu specific intervention dan sensitive intervention.
“Jadi, dua-duanya harus ditangani secara khusus,” kata Suprayoga Hadi dalam acara Media Gathering & Talkshow dari Yayasan Edufarmers, di Jakarta, pada Rabu (26/7).
Suprayoga juga menjelaskan bahwa terdapat 5 pilar untuk penanganan stunting di Indonesia. Pertama, komitmen. Sebuah komitmen masih tidak terasa cukup apabila belum disertai aksi (action).
“Kita sudah meminta kesediaan dan komitmen dari seluruh bupati/wali kota se-Indonesia. Saya mewakili pemerintah pusat menandatangani pakta komitmen seluruh bupati dan wali kota,” jelasnya.
Pilar kedua adalah masalah perilaku. Namun, untuk mengubah perilaku di masyarakat membutuhkan waktu dan nggak semudah membalikkan telapak tangan. Hal ini lantaran penanganan stunting mesti diperhatikan spesifik, mulai dari karakter hingga kulturnya.
Pilar ketiga adalah peran pemerintah dengan melakukan konvergensi dari berbagai program. Sejauh ini sudah ada 22 kementerian atau lembaga terkait yang ikut terlibat dalam menangani stunting di Indonesia.
“Belum lagi kita melibatkan stakeholders. Kalau melihat list siapa saja yang terlibat di stunting itu banyak. Belum lagi forum nasional stunting dari BKKBN,” ucap Suprayoga.
Perihal pilar keempat dalam penanganan stunting, kata Suprayoga, melihat dari kondisi gizi di masyarakat Indonesia. Serta pilar yang terakhir adalah memonitoring, dan melakukan evaluasi terhadap penanganan yang sudah dilakukan.
Nah, itu dia, Sob, kelima pilar penanganan stunting di Indonesia. Semoga angka stunting di Indonesia kian menurun dan masyarakat bisa mendapatkan asupan gizi yang sesuai.