Selama ini kacamata digunakan sebagai alat bantu penglihatan, Sob. Misal, kacamata baca untuk membaca, kacamata renang dan selam difungsikan di perairan hingga kacamata las untuk aktivitas pengelasan agar mata tak terkena partikel berbahaya. Terlepas dari fungsi utamanya, rupanya terdapat fungsi lain kacamata, Sob!
Bukan sebagai sendok atau jadi aksesori fesyen, ya, Sob. Namun rupanya fungsi lain kacamata adalah menciptakan kesan tertentu yang diinginkan si pemakai kepada orang lain.
Kacamata untuk Beri Kesan Pintar
Kacamata terkadang dipakai untuk membuat mereka terlihat lebih pintar. Aksi ini juga bukan tanpa alasan, karena sudah ada penelitian yang membuktikan bahwa orang berkacamata dianggap lebih pintar dan cerdas.
European Journal of Social Psychology pernah melakukan penelitian kepada sejumlah peserta. Mereka diberikan 32 foto secara acak, masing-masing orang dalam foto tersebut punya 4 ciri penampilan berbeda; ada yang pakai kacamata, ada yang botak, ada yang berjanggut, dan ada yang berambut tebal. Para peserta diminta untuk menebak pekerjaan orang tersebut. Istilahnya judge book by its cover, lah.
Hasilnya, orang yang pakai kacamata dianggap atau ditebak punya profesi pekerjaan sukses. Misalnya saja seperti dokter, pengacara, atau dosen.
Rupanya hal ini berasal dari pemikiran bahwa orang pakai kacamata karena sering membaca buku hingga mengerjakan tugas sekolah atau pekerjaan yang butuh keahlian khusus. Contohnya profesi dokter dan pengacara yang mengharuskan mereka banyak membaca buku.
Riset ini juga serupa dengan yang dilakukan oleh University of Cologne, Jerman, dan University of Groningen, Belanda. Ternyata stereotip orang berkacamata dianggap pintar berasal dari abad pertengahan, ketika para bhikkhu memakai kacamata untuk belajar karena kemampuan visual mereka menurun. Sejak saat itu, orang yang melakukan pekerjaan intelektual atau para ahli biasa memakai kacamata.
Pembentukan Stereotip di Masyarakat tentang Orang Berkacamata Itu Pintar
Lantas mengapa stereotip orang berkacamata dianggap pintar itu masih langgeng sampai saat ini? Menurut Elizabeth G. Loran PhD, asisten profesor psikologi dalam psikiatri di Columbia University Medical Center, hal ini terjadi karena otak manusia cenderung lebih suka mengambil keputusan secara cepat untuk tujuan bertahan hidup dan efisiensi.
“Ketika kami disajikan dengan sejumlah besar informasi, manusia dapat dengan cepat memproses informasi dan membuat keputusan dengan mengambil ‘jalan pintas mental’, yang dikenal sebagai bias,” kata Dr. Loran.
Ya, karena definisi tentang orang berkacamata yang cerdas ini diturunkan dari generasi ke generasi bahkan juga digambarkan lewat film, maka generasi muda, misalnya, juga ikut-ikut menganggapnya demikian.
Intinya, Dr. Loran mengatakan bahwa kemungkinan hubungan antara kacamata dan kecerdasan mungkin merupakan produk stereotip budaya serta pesan yang ada untuk manusia sepanjang perkembangan mereka.
Kacamata Juga Berfungsi untuk si Jahat
Selain untuk terlihat pintar, kacamata juga dipakai untuk membuat kesan orang yang jujur terutama di persidangan. Bukan rahasia, jika banyak pengacara meminta kliennya untuk memakai kacamata di persidangan.
Bahkan sudah ada pengacara yang mengonfirmasi bahwa kacamata dapat membantu pelaku kejahatan di persidangan. Hal ini diungkap oleh Pengacara Harvey Slovis kepada majalah New York.
“Kacamata memperhalus penampilan mereka sehingga tidak terlihat mampu melakukan kejahatan. Saya sudah mencoba kasus di mana ada banyak bukti, tetapi klien saya memakai kacamata dan dibebaskan. Kacamata itu menciptakan semacam pertahanan kutu buku yang tak terucapkan,” ungkapnya.
Ferdy Sambo dan Teka-teki Pemakaian Kacamata di Persidangan
Teknik serupa juga diduga dilakukan oleh Ferdy Sambo. Mantan Petinggi Kepolisian yang kini sedang menjalani persidangan demi persidangan atas kasus pembunuhan kepada bawahannya sendiri yaitu Brigadir J. Belakangan ini Sambo tampil di persidangan dengan memakai kacamata padahal sebelumnya nggak pakai. Hmm, minus, plus, atau silindenya nambah kalik, ya? Atau kapan hari ketinggalan melulu, Pak?
Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri pun menilai bahwa Ferdy Sambo seolah ingin menampakkan beberapa hal di depan hakim yakni terlihat lebih cerdas hingga menghilangkan kesan dirinya bukanlah sosok biadab.
“Sekian banyak studi menemukan efek kacamata yang dikenakan terdakwa di ruang sidang. Misalnya, dengan memakai kacamata, terdakwa terlihat lebih cerdas. Terdakwa juga tampak tidak intimidatif, sehingga mengurangi kesan ia adalah sosok biadab,” papar Reza.
Ferdy Sambo juga dinilai tengah menjalankan nerd defense atau strategi kutu buku, di mana ini adalah strategi terdakwa guna melembutkan hati sang hakim agar dirinya tak dijerat dengan hukuman berat.
Hmm, kalau menurut kamu, pemakaian kacamata oleh Ferdy Sambo ini untuk fungsi yang mana Sob, alat bantu penglihatan, untuk kesan cerdas atau strategi menghilangkan kesan jahat dan melembutkan hakim?