“Apa salahku, kau buat begini” - D’Masiv.
Nukilan lirik lagu D’Masiv berjudul Apa Salahku di atas cukup menggambarkan situasi Nyi Roro Kidul yang selama ini menjadi kambing hitam dari kasus kematian di pantai. Sebab, perlu kamu ketahui Sobat SJ, kalau kematian di pantai itu kemungkinan besar terjadi gegara fenomena rip current.
Di pulau Jawa, mitos Nyi Roro Kidul dikenal sebagai penguasa pantai selatan. Demi menjaga keselamatan warga sekitar, masyarakat kerap memberikan sesajen serta ritual untuk sang Nyai melalui sedekah laut.
Tak hanya itu, kalau Sobat SJ melancong ke Pantai Parangtritis, Yogyakarta, di sana bahkan ada peringatan untuk nggak pakai baju warna hijau pupus yang senada dengan selendang Nyai. Kalau kamu pakai baju warna tersebut, sang Nyai disinyalir bakal JB-JB (join bareng) dan ngajak kamu ke lautan, deh. Lalu? Kamu pun diculik dan menghilang!
Sains Berkata Beda
Kalau mitos bilangnya gegara sang Nyai, sains berkata ini merupakan fenomena rip current. Situasi ketika arus laut menyeret korban ke tengah lautan.
“Secara ilmiah, rip current adalah arus balik yang terkonsentrasi pada sebuah jalur sempit, yang memecah zona empasan gelombang hingga melewati batas zona gelombang pecah,” terang Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, dikutip Kompas.com, Kamis (12/1).
Menurut Daryono, secara fisis, rip current terbentuk ketika gelombang laut datang dan memukul garis pantai yang berbentuk teluk, atau cekungan. Daryono makanya menghimbau kepada pengunjung pantai agar berhati-hati ketika main di perairan dengan garis pantai berbentuk teluk atau cekungan, Sob.
Tak Hanya di Indonesia
Nggak hanya di Indonesia, fenomena rip current ini juga terjadi di berbagai belahan dunia, Sob. Ambil contoh di Amerika, kematian gegara arus balik laut ini bisa mencapai 35 orang per tahun dengan usia 10 hingga 29 tahun, dikutip jurnal An examination of rip current fatalities in the United States yang diterbitkan Springer Link (2010).
Selain Amerika Serikat, ada pula Australia yang memiliki kasus mencapai 26 orang per tahun meninggal gegara rip current, dilansir laman Surf Life Saving.
Menurut laporan Surf Life Saving, masyarakat atau wisatawan nggak ngerti karakteristik dari pantai yang didatangi. Oleh sebab itu, disarankan sebelum mengunjungi pantai, ketahui terlebih dahulu pantai tersebut rawan rip current atau nggak, Sob, demi mencegah risiko terseret arus.
Tanda Munculnya Rip Current
Pepatah bilang, ‘lebih baik mencegah daripada mengobati’. Sobat SJ juga perlu tahu bagaimana tanda-tanda datangnya rip current sebagai upaya keselamatan ketika di pantai. Nggak mendoakan, cuma namanya juga musibah nggak ada yang tahu, kan, Sob?
Menurut Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, fenomena arus balik laut terjadi di permukaan pantai yang berbentuk teluk-teluk kecil, atau bentuk pantai yang membusur seperti bulan sabit. Tak ada waktu pasti terkait kapan munculnya arus balik laut, sebab bisa terjadi sewaktu-waktu, selama ada angin topan yang membangkitkan ombak.
Namun ada sedikit tips dari Daryono yakni perhatikan permukaan laut. Ketika laut cenderung lebih tenang daripada gelombang di sekitarnya yang menuju pantai, kamu kudu waspada.
“Perhatikan buih ombak yang datang, bila ada celah di antara buih-buih gelombang itu, maka kemungkinan di sekitar area itu sedang terjadi rip current,” terangnya. Untuk ciri lainnya adalah warna air laut cenderung keruh dibanding sekitarnya.
Mitigasi Rip Current
Bagaimana cara mengatasi rip current, walau kamu bukan Avatar Airbender sang pengendali unsur Bumi? Tenang, ada caranya, Sob.
Menurut laman The Conversation, sejak tiba di pantai kamu harus tanya lokasi aman untuk renang kepada penjaga pantai atau warlok (warga lokal) sekitar, deh. Kenali juga tanda-tanda larangan berenang di titik tertentu yang ada di pantai tersebut, Sob.
Jika nantinya kamu sudah terjeblos ke dalam rip current (amit-amit, sih), jangan melawan arus ke pantai dengan berenang sekuat tenaga. Sebab, arus balik punya kecepatan tinggi hingga 0,5 - 2 meter per detik. Perenang profesional pun nggak bisa melawan arus setinggi ini, Sob.
Selain arusnya heboh, tenaga kamu juga bakalan habis gegara ngelawan arus dan alhasil kelelahan serta bikin kamu terseret ke tengah perairan. Ini bisa menjadi tanda kamu nggak bakalan bertahan hidup, deh. Serem, euy.
Cara paling baik untuk menghadapi rip current adalah dengan tidak melawannya. Aga nggak terseret arus balik, sebaiknya kamu berenang membentuk huruf L; berenang sejajar terlebih dahulu dengan garis pantai agar menjauhi lokasi rip current, lalu tegak lurus ke arah pantai. Kalau kamu capek, tenangkan diri dan simpan tenaga agar nggak tenggelam, ya.
Selain mitigasi dari wisatawan, pengelola wisata pantai tersebut juga harus ikut ambil andil. Misalnya, ketika musim liburan, pemerintah daerah bisa woro-woro atau kasih peringatan mengenai arus balik pada wisatawan. Peringatan ini juga berlaku bagi warga setempat dan komunitas yang sering melakukan ritual budaya di pantai.
Jangan sampai Nyi Roro Kidul, eh, maksudnya rip current menyeret kamu ke lautan lalu tenggelam, ya, Sob. Paling benar, sih, liburan di rumah sambil Netflix and chill, sepertinya lebih aman, hehe.