Setelah beberapa waktu lalu fenomena quiet quitting menjadi perbincangan hangat di kalangan pekerja, kini muncul lagi yang nggak kalah menarik yakni quiet firing. Berbeda dengan quiet quitting yang dilakukan oleh karyawan, quiet firing rupanya dilakukan oleh perusahaan terhadap karyawan.
Lebih detailnya, quiet firing adalah fenomena pemecatan secara diam-diam yang dilakukan perusahaan pemberi pekerjaan atau atasan. Mengutip Washington Post, fenomena quite firing dilakukan oleh perusahaan agar mereka nggak harus memberikan pesangon dan semua hal sesuai dengan aturan yang berlaku.
Quiet firing bisa berbentuk berbagai macam, Sob. Beberapa diantaranya adalah gaji tidak pernah naik, tidak diberi tambahan karyawan saat pekerjaan menumpuk hingga membuat berbagai skenario yang bikin karyawan frustasi dan tidak betah. Ujungnya, karyawan resign dengan sendirinya, deh.
Hematnya, karyawan dibuat tidak nyaman bekerja di perusahaan tersebut sehingga akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri. Dengan begitu, perusahaan tak perlu membayar pesangon karena karyawan sudah resign dengan sendirinya.
“Quiet firing tidak dibicarakan secara terbuka karena berbagai alasan karena itu adalah cara lain dari perilaku pasif-agresif yang kami lihat dari para pemberi kerja,” ujar Izabela Lunberg selaku pakar budaya organisasi dan pengembangan kepemimpinan sekaligus pendiri Legact Leaders Institute.
Walau nampak umum dan biasa saja, namun fenomena ini memiliki dampak bagi perusahaan dan pekerja yang melakukan ‘metode’ ini. Dari sisi pekerja, perlakuan quiet firing dapat membuat mereka merasa tidak mempunyai kompetensi di kantor, terisolasi, tidak diapresiasi yang akhirnya menimbulkan pekerja mengundurkan diri (resign).
Sedangkan dari sisi perusahaan, quiet firing memberikan dua sisi yang sama. Sisi positifnya karena nggak perlu lagi melakukan pemecatan kepada karyawan sehingga yang tadinya alokasi dana untuk memberikan pesangon, jadi bisa lebih menghemat. Sedangkan, sisi negatifnya perusahaan bisa mengalami kerugian seperti kehilangan pekerja yang loyal dan berdedikasi tinggi untuk perusahaan.
Cara Menangani Quiet Firing
Karena banyak pekerja yang mengalami quiet firing secara diam-diam melalui online, maka pakar karier menyarankan agar pekerja bisa lebih vokal tentang kebutuhan dengan manajemen dan rekan kerja mereka dalam memerangi hal tersebut.
1. Berbicaralah dengan Manajer
Sebetulnya, fenomena ini bukan rahasia umum di perusahaan. Umumnya, hal pertama yang dilakukan oleh atasan atau perusahaan adalah membuat kondisi karyawannya menjadi kurang nyaman dan mendorongnya mengundurkan diri.
Nah, kalau kamu sudah merasa akan diperlakukan seperti itu, ada baiknya untuk berbicara dengan manajer divisi. Setelahnya kamu akan melihat apakah perubahan di kantormu akan terjadi atau sebaliknya.
2. Cari Bantuan Seseorang
Menurut Kepala Ilmuwan Budaya Tempat Kerja di Mitra Budaya, Jessica Kriegel akar masalah pemecatan diam-diam dikarenakan komunikasi yang buruk. Saat seorang manajer menghindari konflik atau takut membuka percakapan, maka kemungkinan ia tak memiliki keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya mengenai bagaimana tanggapan perusahaan terhadap pekerjaanmu.
Jika seorang manajer tak mau meneruskan pembicaraan tentang pemutusan hubungan kerja, karyawan perlu aktif bertanya terhadap peluang mereka untuk berkembang di perusahaan tersebut. Apabila kurang produktif, Krigel menyarankan untuk menanyakan kepada manajer mengenai kinerja dan penyesuainmu di perusahaan tersebut.
3. Temukan Kekuatan dalam Angka
Menurut Janice Gassam Asare selaku Konsultan Keanekaragaman, Ekuitas, dan Inklusi (DEI) dan Ekuitas Rasial pemecatan hanya menjadi pilihan terakhir, terutama dengan kekhawatiran terhadap resesi yang bisa mendulang banyak PHK dan pembekuan perekrutan.
Oleh karena itu dirinya menyarankan bagian HRD untuk bergabung dengan serikat pekerja agar mereka mengetahui hak-hak apa saja yang didapatkan oleh pekerja.
“Saya pikir keduanya, baik tempat kerja dan karyawan berada di posisi rentan. Jadi, saya pikir melelahkan jika semua metode tentang pemecatan secara diam-diam dianggap metode yang penting,” paparnya.
Apa pun itu, baik quiet quitting maupun quiet firing sama-sama memiliki plus dan minus. Terpenting dan prioritas utama adalah jalani komunikasi yang baik dengan perusahaan, ya, Sob. Jika kamu mulai merasakan quiet firing, maka komunikasikan dengan manajer untuk evaluasi agar kamu bisa menyesuaikan dengan kondisi perusahaan. Semangat!