Sebagai negara agraris dan kaya akan hasil pertanian, Indonesia tentu saja punya satu hari yang didekasikan kepada sektor pertanian atau disebut Hari Tani Nasional. Jatuh pada 24 September setiap tahunnya, Hari Tani Nasional diharapkan dapat meningkatkan ekonomi para petani di seluruh wilayah Indonesia. Waktu demi waktu, berbagai pihak pun mulai dari pemerintah sampai perusahaan swasta terus mencari cara bagaimana mengoptimalkan sektor pertanian di Indonesia.
Terlebih di era industri dan teknologi 4.0 atau serba modern dan digitalisasi ini, semua sektor bidang kehidupan manusia dari industri, perdagangan hingga kebudayaan semua sudah berbondong-bondong memanfaatkan beragam teknologi yang memudahakan manusia. Tak ketinggalan sektor pertanian.
Teknologi digital di sektor pertanian bukan hal yang asing. Kini pekerjaan petani bukan hanya bagi orang tua atau orang di pedesaan. Dengan maraknya teknologi mutakhir menciptakan startup bidang pertanian. Para generasi muda dan milenial berinovasi dan berkontribusi demi memajukan sektor pertanian Indonesia.
Berkaitan dengan teknologi, sektor pertanian kini sudah mengadaptasi konsep smart farming. Singkatnya, smart farming ini adalah pertanian pintar dan lebih canggih dari pertanian konvensional.
Pertanian ini menggunakan platform yang dihubungkan dengan perangkat teknologi seperti smartphone dan tablet. Dengan smart farming petani bisa dengan mudah mendapatkan ragam informasi dan data seperti: status harga tanah, kelembaban udara, kondisi cuaca, dsb.
Smart farming juga dianggap menjadi solusi bagi petani meningkatkan hasil panen secara kuantitas dan kualitas sehingga menjadi kunci agar sektor pertanian terus eksis di tengah dampak perubahan iklim dan pandemi Covid-19.
Teknologi di Smart Farming
Konsep smart farming menggabungkan teknologi informasi dan komunikasi ke dalam mesin, peralatan, dan sensor yang digunakan dalam sistem produksi pertanian. Teknologi seperti IoT (Internet of Things) dan cloud computing memajukan perkembangan ini lebih jauh lagi dengan memperkenalkan lebih banyak robot yang punya kecerdasan buatan ke dalam pertanian.
Sensor
Di smart farming terutama menggunakan Internet of Things (IoT) ada sensor yang mengawasi dan mengontrol lahan pertanian. Ada beberapa jenis sensor untuk smart farming, yaitu sensor kelembaban tanah, sensor PH tanah, sensor hujan, dan yang terakhir adalah sensor udara.
Software
Dengan adanya sensor tentunya juga diperlukan software untuk mengolah data-data yang diterima. Software tersebut dapat mengoptimalkan seluruh operasional pada agrikultur, yaitu pengolahan lahan, penetapan masa panen, serta pengelolaan buruh dan karyawan dalam satu sistem.
Data Analytics
Hasil informasi yang dideteksi sensor dan diolah software tentunya juga harus dianalisis agar para petani bisa ambil keputusan. Kini di smart farming juga ada teknologi data analytics. Dari mulai pembenihan hingga panen terdapat data yang terekam. Data dari lapangan yang muncul pada perangkat gadget milik petani akan terlihat pada penyimpanan data base berbentuk algoritma.
Internet of Things (IoT)
Tentunya data-data yang ada di lahan pertanian yang terdeteksi sensor dan masuk ke software sebagai data bisa dilihat petani hanya lewat smartphone atau tablet. Dengan konektivitas internet yang terhubung dengan berbagai gadget milik petani, proses pertanian akan dapat terkontrol dengan lebih mudah dan efisien.
Drone
Drone adalah alat yang bisa diterbang dan dikendalikan dari jarak jauh. Sudah banyak petani yang menggunakan drone sebagai kebutuhan. Misalnya Sprayer Drone penyemprotan/spraying pestisida, herbisida, disinfektan, dan material cair lainnya, serta mampu menebar benih ada juga Surveillance Drone yang digunakan untuk pemetaan/mapping lahan, melakukan pengawasan hingga membantu memantau kondisi tanah.
Robotic
Kalau dulu petani harus terjun ke sawah untuk menanam, kini sudah banyak mesin-mesin yang dikendalikan dari jarak jauh. Misalnya robot tanam yang menggunakan sistem navigasi GPS sehingga dapat bergerak sesuai dengan peta perencanaan yang sudah dibuat terlebih dahulu. Ada juga traktor dengan sistem kemudi otomatis bisa mengolah lahan sesuai dengan peta perencanaan. Selain itu juga banyak mesin robot yang bisa melakukan pemanenan otomatis, menyiangi hasil panen hingga pemberian pupuk.
Manfaat Smart Farming
Konsep smart farming tentulah memiliki beberapa keuntungan dibandingkan pertanian secara konvensional. Maka dari itu pemerintah sangat gencar mengimplementasikan konsep pertanian modern ini.
“Menghadapi tantangan perubahan iklim bukan dengan cara-cara klasik, tapi harus dengan smart farming karena perkembangan ke depannya yang membuat lahan semakin sempit, jumlah penduduk semakin besar dan lainnya mengharuskan penggunaan teknologi yang smart,” kata Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.
Smart farming disebut menurunkan biaya produksi sekitar 30 persen dan meningkatkan produktivitas lahan sebesar 33,83 persen. Selain itu manfaat smart farming juga untuk mengurangi human error, memudahkan kalkulasi data dan analisis lahan pertanian, pengurangan risiko karena perencanaan pertanian dilakukan dengan baik, kontrol yang baik dari petani hingga menghasilkan tanaman kualitas tinggi dan tentunya efisiensi dalam waktu, tenaga, biaya hingga keamanan.