Kebugaran taman berkaitan pula dengan sehatnya tanah, Sob. Jika tanah sehat maka ‘kehidupan’ tumbuhan di sekitarnya bakal berkembang dengan baik. Salah satu cara untuk membuat tanah sehat adalah menggunakan sistem permakultur yang diadopsi oleh Gibran Tagari.
Gibran Tagari yang merupakan petani muda asal Indonesia ini sudah menerapkan sistem tersebut di kawasan Sukmajaya, Depok. Dalam penerapannya, Gibran memperbanyak ekosistem kehidupan tanah sehat melalui mengkompos. Fungsinya adalah menambah mikroorganisme di tanah, menggemburkan dan memberi makan makhluk hidup di tanah.
FYI, sistem permakultur merupakan cara bertani yang secara tidak langsung mengkritik industri pertanian dan perkebunan yang umumnya mengeksploitasi tanah dengan mengambil unsur haranya. Lalu ketika sudah selesai menanam, pelaku kemudian meninggalkan begitu saja dan membuka lahan baru. Bak gebetan yang nge-ghosting gitu mungkin, ya, Sob.
Secara garis besar permakultur adalah kegiatan bertani dengan upaya menciptakan kehidupan seimbang serta berkelanjutan. Baik bagi manusia, tumbuhan hingga hewan. Menurut Gibran, hal ini dibutuhkan di tengah masifnya pembangunan kota.
Alasan Menerapkan Permakultur di Perkebunan
Eks mahasiswa jurusan Teknik Pangan di Hochschelu Fulda, Jerman ini rupanya terinspirasi setelah mengikuti pelatihan Permakultur Bumi Langit di pendidikan Yogyakarta. Sejak Januari 2017, dia mengolah tanah seluas 200 meter persegi dari 2.500 meter persegi.
Saat itu dirinya mulai gelisah gegara lahan hijau yang menjadi sumber resapan air semakin jarang ditemui. Dari kegelisahan ini, Gibran kemudian tergerak untuk menyelamatkan ekosistem di sekitar tempat tinggalnya.
“Jadi tahun 2017 saya memutuskan untuk mengolah tanah milik orangtua. Memang dulu awalnya karena kekhawatiran kerusakan lingkungan akibat konsumerisme, jadi saya mulai mikir apa yang bisa saya lakukan. Akhirnya saya putuskan untuk mulai produksi sendiri apa yang saya konsumsi lewat berkebun,” ujarnya.
View this post on Instagram
Beberapa tanaman yang ia semai adalah kangkung, bayam hingga yang berfungsi untuk menghidupkan kembali ekosistem di sekitarnya. Setelah itu, kebun tersebut ia beri nama dengan Sendalu Permaculture.
Kini, Sendalu Permaculture memiliki beberapa jenis tanaman yang rutin menjadi sumber bahan makanan. Sebut saja ubi, singkong, kangkung, sawi, serta buah-buahan. Selain tanaman, ada pula beberapa hewan ternak. Yaps, ekosistem diciptakan oleh Gibran selengkap mungkin untuk menyelamatkan alam. Bersamaan dengan itu, ia juga melakukan pengelolaan sampah, sisa makanan, dan kotoran hewan sebagai pupuk. Dari hulu ke hilir, Sob!
“Kebanyakan orang hanya sebatas berkebun, tapi itu hanya bagiannya. Saat ini semua harus terkoneksi dan jalan bersama agar kehidupan yang berkelanjutan bisa berjalan. Seperti ketika berkebun kita butuh pupuk, kita bisa ambil dari hasil ternak. Kita juga harus bisa mengelola sampah dengan baik. Jadi, semua harus berjalan beriringan,” terangnya.
Kolaborasi dengan Komunitas
Bersama movement yang digagas, Gibran Tagari kemudian menggandeng berbagai komunitas di wilayah Jabodetabek, salah satunya Komunitas Ciliwung Depok.
“Sejak 2018 dan 2019 semakin banyak yang datang dan kami terhubung dengan komunitas-komunitas. Akhirnya di sini jadi semacam ruang eksperimen bersama. Kita buat berbagai kegiatan, misalnya diskusi dan edukasi seputar berkebun dan mengelola sampah,” ujar Gibran.
Selama berkolaborasi dengan komunitas, ia mengedukasi secara rutin setidaknya sebulan sekali kepada masyarakat sekitar, anggota komunitas, mahasiswa, hingga pelajar yang ingin belajar tentang ilmu berkebun serta penyelamatan ekosistem.
View this post on Instagram
Edukasi tak hanya dilakukan melalui kolaborasi komunitas, dirinya juga mengadakan workshop mengenai pengelolaan bahan pangan untuk sehari-hari, seminar mengenai krisis air, pengelolaan sisa sampah, makanan, hingga teknik berkebun di tengah keterbatasan lahan.
“Intinya kami suarakan bahwa berkebun tidak harus dengan lebih dulu punya lahan luas. Kita bisa manfaatkan setiap ruang yang ada. Termasuk di atap. Kami beri tahu cara dan tekniknya,” imbuh Gibran.
Tak sekadar melakukan edukasi dan workshop, Gibran Tagari bersama Sendalu Permaculture ke depannya akan mengembangkan bisnis pangan lokal, Sob.
“Ke depan kami akan terus memikirkan kegiatan yang berdampak pada masyarakat. Kami ingin membuat kebun komunitas dan kegiatan dengan komunitas lain. Kami juga berniat mengembangkan bisnis pangan lokal dengan menjalin kerja sama dengan petani lokal. Saat ini tengah pada tahap pendataan dan mencari jaringan petani lokal di wilayah Depok,” tutup Gibran.