Jauh sebelum merek ternama seperti Burger King dan Starbucks yang kini tak segan merekrut karyawan difabel, rupanya ada bisnis sosial di Indonesia yang ramah kawan-kawan difabel, loh, Sob. Namanya Puka alias Pulas Katumbiri.
Sebelum menjadi bisnis sosial, Puka adalah media kreasi bagi pendidikan anak berkebutuhan khusus. Melalui kolaborasi dengan institusi pendidikan anak berkebutuhan khusus, Puka akhirnya menciptakan lapangan pekerjaan yang ramah difabel.
“Saya awalnya hobi crafting, hobi menghias tas,” terang Dessy Nur Anisa Rahma, pendiri Puka. Semula, Puka didirikan di Garut pada tahun 2015, Dessy mengaku saat itu hanya menghiasi tas polos dan membuat tas dari material kain goni yang kemudian dihias dengan cara sulam.
View this post on Instagram
“Setelah itu, saya bikin produk pertama berupa tas laptop untuk dipakai sendiri. Gak disangka, tas itu banyak diminati teman-teman. Mereka akhirnya memesan tas laptop yang saya buat,” terang Dessy.
Dessy kemudian melihat bahwa ada peluang manis dari bisnis kecilnya ini. Berbekal modal Rp6 juta per bulan atau Rp200 ribu per hari untuk mempromosikan produknya lebih luas di media sosial, akhirnya usaha Dessy berbuah hasil!
“Awalnya saya mengerjakan sendiri. Tapi akhirnya saya pun membutuhkan karyawan untuk membantu saya memproduksi barang. Setelah mencari orang-orang yang bisa membantu, saya pun memutuskan pilihan kepada siswa SLB yang mengikuti program vokasional di sekolahnya,” imbuh Dessy.
Dua tahun kemudian, Dessy berpindah ke Bandung untuk melebarkan sayap Puka yang kini menjadi wadah berkarya bagi kawan-kawan difabel khususnya mereka yang menjalani program vokasional. FYI, program vokasional adalah kegiatan non-akademik dari SLB, ada cooking class, crafting class, make up class,
“Saya melihat hasil kerja atau karya mereka hanya dikenal oleh orang sekitar. Padahal hasilnya bagus-bagus. Selama ini karya mereka sering dibeli oleh pengajar dan tamu sekolah,” ungkap Dessy.
Melihat potensi kawan-kawan difabel yang mumpuni, Dessy kemudian merekrut mereka untuk menjadi crafter di Puka, Sob. Selain karena hasilnya bagus, Dessy ingin menularkan kemampuannya dan memberikan ruang aman serta nyaman bagi difabel.
View this post on Instagram
“Anak-anak SLB ini punya kelebihan dibalik keterbatasan yang mereka miliki. Bagi yang difabel rungu, kerja mereka fokus karena perhatian mereka tidak terpecah oleh suara-suara,” jelas Dessy.
Dessy pun tak menutup kemungkinan bagi kawan-kawan difabel lainnya. Ia menjelaskan, bagi difabel lainnya yang sedang menjalani SLB dan ingin menimba ilmu lebih jauh, kamu bisa bekerja sama dengannya, Sob, agar setelah selesai sekolah bisa bekerja di Puka.
Seperti yang kamu lihat pada unggahan Puka di bawah ini, mereka punya ciri khas karya dengan dominasi warna vibrant dan neon untuk menunjukkan keceriaan. Adapun item yang telah dirilis saat ini adalah tas, asesoris, tas printing, tas berbahan kain goni hingga cabiner. Per item dari koleksi yang dijual berkisar Rp3 ribuan hingga Rp200 ribuan.
Melalui upayanya menggandeng difabel untuk Pulas Katumbiri, Dessy raih beberapa penghargaan seperti finalis Mandiri Wirausaha Baru dari Bank Mandiri dan menjadi tokoh inspiratif yang sukses berdayakan kawan difabel.