Pandemi Covid-19 melanda Indonesia tak surutkan semangat masyarakat untuk berinovasi dalam memanfaatkan limbah. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh ibu rumah tangga bernama Ardhiana Malrasari asal Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar.
Berdasarkan informasinya, Ibu dua anak ini mencoba untuk memanfaatkan limbah celana jeans bekas seragam pekerja tambang jadi kerajinan tas bernilai jual tinggi.
“Saya mulai produksi kerajinan tas berbahan limbah jeans pada Juni 2021,” ujarnya saat ditemui di rumahnya, di Perum Tirto Madu, Kelurahan Karangtengah, Kota Blitar.
Inovasinya ini muncul pertama kali berkat ketertarikannya pada pelestarian lingkungan. Alhasil tercetuslah sebuah ide yakni menyulap limbah jadi barang bernilai jual tinggi.
FYI, Ardhiana Malrasari sendiri telah menjadi perajin sejak tahun 2015. Adapun kerajinan yang ia buat adalah tas dari bahan kain impor. Meskipun sempat mengalami kesulitan dan kebingungan mendapat bahan karena pandemi, namun hal ini berhasil ia atasi, loh. Yap, ia kemudian mengatasinya melalui penggantian bahan kain tersebut. Mula-mula, ia menemukan tumpukan celana jeans bekas suaminya yang selama bekerja di salah satu perusahaan tambang di Kalimantan.
Dari sinilah, Ardhiana kemudian menyulap limbah celana jeans menjadi produk tas yang dikombinasikand dengan kain batik hasil karya dari kawan-kawan difabel.
“Saya sudah lama produksi tas, tapi bahan dasarnya itu impor. Kan waktu itu pandemi ada aturan nggak boleh impor, akhirnya saya kebingungan mencari bahan baku. Nggak sengaja di rumah melihat ada kain jeans berupa pakaian dengan celana bekas suaminya yang kerja di pabrik tambang, akhirnya saya otak-atik dan jadilah tas seperti ini,” jelasnya.
Berbicara hasilnya, karya dari ibu dua orang anak ini nggak perlu diragukan lagi, deh. Walau bahannya dari limbah, namun hasilnya juara banget dan jadinya unik, lho! Sejauh ini, koleksi yang ia rilis dari celana jeans bekas adalah tas dengan beragam variasi, pouch, topi, hingga tempat tisu.
“Ini saya buat tas, ada beberapa ukuran mulai dari kecil, sedang dan juga besar. Sesuai permintaan, dan biasanya memang kita kombinasikan dengan kain jeans yang warna redup dan yang terang,” tambahnya.
Pengolahan limbah ini tentu melalui proses yang panjang dan tidak mudah. Bahkan setiap bulannya Ardhina mampu memproduksi produk tas ini sebanyak 50 buah. Oleh karena itu harganya pun sesuai dengan kualitas dan prosesnya, yakni mulai dari Rp150 ribu hingga Rp400 ribu per produk.
Sementara itu, ngomong-ngomong soal omset, dalam per bulannya Ardhina berhasil meraup keuntungan sebesar Rp3 juta-Rp7 juta melalui penjualan daring dan luring. Rata-rata pembelinya pun berasal dari luar daerah dengan beragam kebutuhan, ada yang membeli untuk pribadi sampai dijadikan oleh-oleh.
Yang patut diteladani dari bisnis Ardhiana adalah ia tak sekadar menjual produk, melainkan memberi edukasi kepada masyarakat khususnya soal pemanfaatan limbah fashion menjadi kerajinan.
Dari kisah inspiratif Ardhiana Malrasari ini, semoga semakin banyak perempuan-perempuan Indonesia yang berinovasi memanfaatkan limbah sekitar dengan menyulapnya menjadi barang bernilai jual, ya!