Sebagai ketua ASEAN 2023, Indonesia bakal menggelar agenda pariwisata ASEAN Tourism Forum (ATF) 2023 yang akan diselengagrakan pada 2-5 Februari 2023 mendatang. Daerah Istimewa Yogyakarta dipilih menjadi tuan rumah perhelatan ATF tahun ini.
Dalam agendanya mendatang, ASEAN Tourism Forum 2023 akan dihadiri oleh para pembuat kebijakan, praktisi, dan juga pemasok produk serta layanan yang berkaitan dengan pariwisata. Tentunya acara ini akan diikuti oleh negara-negara kawasan Asia Tenggara (ASEAN).
Sudah dipersiapkan dua agenda penting pada event besar ini. Agenda pertama adalah pertemuan menteri pariwisata di ASEAN dan ditambah dari 5 negara lain. Di mana para menteri diberikan waktu untuk berdiskusi terkait pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif. Agenda kedua adalah Travel Exchange yang akan dipusatkan di Jogja Expo Center (JEC) yang kemudian akan dibagi menjadi dua sub agenda lainnya, antara lain bussiness to consumers (b to c) dan B to B (business to business).
“B to C itu pameran untuk masyarakat dan delegasi untuk umum. Kalau B to B diperuntukkan bagi delegasi saja. Di situ akan ditampilkan para travel agent, hotel, desa wisata yang jual paket wisatanya,” Jelas Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo.
Tidak hanya itu saja, 100 UKM yang berada di Yogyakarta akan diberikan kesempatan menampilkan produk unggulannya pada gelaran pameran ATF. Bisa dikatakan juga, agenda pameran UKM ini baru pertama kali terjadi di ASEAN Tourism Forum.
“Ini pertama kali di ATF ada pameran UMKM, apalagi pemerintah juga memberikan layanan free ongkir bagi pengunjung yang belanja, dan saya rasa negara lain tidak ada yang menawarkan itu,” ungkap Ketua Pelaksana ATF 2023, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara.
Diperkirakan jumlah orang yang hadir ke Yogya selama ATF mencapai 1.500 hingga 2.000 orang, mulai dari menteri pariwisata tiap negara, delegasi, buyer, dan seller. Para delegasi dari negara ASEAN tentunya nggak akan hanya beli produk dari pameran namun juga mengunjungi tempat-tempat lain di Yogyakarta.
“Saat keliling di Jogja pasti mereka akan menikmati entah itu sajian kuliner, belanja kerajinan untuk oleh-oleh, sehingga ini akan jadi direct promotion bahkan direct selling,” ujarnya.
Hal ini diharapkan bisa membangkitkan pariwisata dan ekonomi kreatif bukan hanya di Yogyakarta, Solo, dan Semarang (Joglosemar) saja, tetapi di seluruh wilayah di Indonesia. Terlebih di bulan Februari hingga April biasanya merupakan low season di sektor pariwisata.