Gunung Bromo bisa dibilang salah satu gunung di wilayah timur Pulau Jawa yang memiliki banyak cerita. Menurut legenda, Gunung Bromo merupakan tempat tinggalnya para dewa dan roh leluhur, karena memiliki keindahan dan misteri yang sulit diungkap.
Bagi masyarakat Jawa kuno yang masih memegang teguh prinsip ‘kejawen’ (kepercayaan Jawa), gunung merupakan sebuah area suci. Tak terkecuali bagi suku Tengger yang menempati area Gunung Bromo.
Gunung eksotik yang berada di Kabupaten Probolinggo ini, bagi masyarakat suku Tengger merupakan simbol agung singgasana Sang Hyang Widhi. Untuk mengungkapkan rasa syukur, tiap tahunnya, masyarakat Tengger pun menggelar ritual suci, Yadnya Kasada di Gunung Bromo.
Ritual Yadnya Kasada merupakan upacara adat umat Hindu suku Tengger yang berlangsung di hari ke-14 (empat belas) bulan Kasada (perhitungan Jawa). Upacara yang berlangsung di saat bulan purnama ini telah dilangsungkan sejak abad ke-14.
Bagi masyarakat suku Tengger yang beragama Hindu, upacara Yadnya Kasada wajib digelar tiap tahun meskipun keadaan Gunung Bromo sedang erupsi atau dalam keadaan hujan deras.
Pasalnya, berdasarkan cerita rakyat setempat dan referensi sejarah yang ada, ritual Yadnya Kasada bagian dari memohon keselamatan, kemakmuran dan tolak bala kepada Sang Hyang Widhi (Pencipta).
Seiring berkembangnya peradaban manusia, di acara ritual Yadnya Kasada menjadi ajang pemilihan dukun baru bagi tiap desa di kawasan Tengger. Peran dukun tersebut amatlah penting, karena selain untuk memimpin prosesi keagamaan, juga sebagai pemimpin prosesi ritual adat, perkawinan dan sebagainya.
Untuk menjadi seorang dukun pilihan tersebut, calon dukun harus mengikuti rangkaian ujian seperti menghafal mantra dan memimpin pembukaan upacara Yadnya Kasada yang dimulai dari Pura Luhur Poten yang berada di kawasan lautan pasir tepat di bawah Gunung Bromo.
Usai calon dukun membacakan mantera, di ritual Yadnya Kasada para warga pun diwajibkan membawa ongkek berisikan sesaji hasil bumi, uang dan ternak mereka menuju puncak Gunung Bromo dan dibawa ke dalam kawah Gunung Bromo.
Prosesi tersebut merupakan puncak dari ritual Yadnya Kasada setelah sehari sebelumnya diadakan doa-doa di dalam pura dan pengambilan air suci dari tetesan air yang merembes dari bebatuan gua di Gunung Widodaren.
Dengan digelarnya ritual Yadnya Kasada, masyarakat suku Tengger percaya bahwa mereka akan dijauhkan dari malapetaka dan hasil bumi serta ternak mereka akan melimpah. Di sisi lain, ritual Yadnya Kasada telah menjadi objek wisata budaya yang menarik para wisatawan dari dalam dan luar negeri.
Tentu saja, pada ritual ini para wisatawan diwajibkan untuk mengikuti berbagai peraturan-peraturan yang telah ditentukan masyarakat dan pemerintah setempat. Hal ini dimaksudkan untuk menghormati dan melancarkan jalannya ritual Yadnya Kasada.
Sedikit informasi saja, menurut cerita rakyat di sekitar Gunung Bromo ritual Yadnya Kasada berawal dari kisah putri Dewi Rara Anteng dan Raden Jaka Seger yang ingkar janji untuk kepada Dewa.