Pulau Nias bisa dibilang salah satu pulau di Indonesia yang memiliki pemandangan pantai yang indah. Karena itu, pulau yang terletak di bagian Sumatera Utara ini sering dikunjungi oleh para ‘pemburu ombak’ atau surfer dari berbagai negara. Karena salah satu alasan inilah, masyarakat Nias membuat satu event tahunan bernama Ya’ahowu Cultural Festival.
Festival budaya ini banyak menampilkan berbagai seni tradisional khas Nias, antara lain lomba permainan rakyat Nias, atraksi budaya, silat, kerajinan tangan khas Nias, lompat batu hingga pemilihan Putri Pariwisata Kepulauan Nias.
Biasanya, Ya’ahowu Nias Festival atau Ya’ahowu Cultural Festival digelar selama 6 hari di wilayah kota Gunungsitoli. Meski populer, festival budaya ini tergolong tidak terlalu mewah. Meski begitu, para pengisi acara biasanya membuat suasana festival terlihat megah yakni memamerkan tarian tradisional seperti, Foluaya (tari perang), Maena, Tari Moyo, Barongsai dan lain-lain.
Untuk menambah keseruan, di festival Ya’ahowu juga sering menampilkan berbagai tradisi dari wilayah lain, seperti Aceh, Tionghoa, Minang, dan Batak. Di tahun 2019, Ya’ahowu Cultural Festival di selenggarakan di Lapangan Tetesua, Sirombu, Kabupaten Nias barat.
Puncak acaranya sendiri digelar di Lapangan Merdeka Lahomi dan Pantai Indah Sirombu, Nias Barat, Sumatera Utara. Menurut Bupati Kabupaten Nias Barat, Faduhusi Daely, kepada salah satu media lokal di Nias, festival budaya Ya’ahowu diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke Nias.
Tercatat, pada 2017 lalu, dengan digelarnya Ya’ahowu Cultural Festival mampu menarik wisatawan ke Pulau Nias baik dari dalam negeri maupun luar negeri sebanyak 50.418 orang. Sebagai bagian dari Sumatera Selatan, masyarakat Nias memang masih mewarisi tradisi megalitikum.
Jika Anda berkeliling melihat desa-desa di Nias, banyak sekali benteng dan batu-batu besar yang dihiasi berbagai ornamen. Biasanya budaya megalitikum terletak di Desa Ononamolo, wilayah kota Gunungsitoli.
Di Ya’ahowu Cultural Festival, Anda juga akan menikmati pertunjukan lompat batu, yang merupakan salah satu warisan budaya dari Desa Bawomataluo yang telah diakui UNESCO. Tidak hanya itu saja, rekor MURI pun pernah diraih di festival budaya ini, dengan menampilkan tarian massal sebanyak 6000 penari.