Raphael Wregas Bhanuteja atau biasa disapa dengan nama Wregas adalah sutradara muda Indonesia yang pernah meraih berbagai penghargaan di berbagai festival film lokal dan internasional.
Memulai pembuatan film pendek sejak duduk di bangku SMA, Wregas mulai mendalami dunia film ketika masuk Fakultas Film dan Televisi di Institut Kesenian Jakarta dengan mayor penyutradaraan film. Selama kuliah, ia menghasilkan berbagai film pendek diantaranya berjudul Senyawa (2012) yang diproduksi menggunakan kamera film seluloid 16 mm.
Film tersebut sukses mendapat penghargaan sebagai film pendek terbaik di Freedom Film Festival 2013. Prestasi pria kelahiran tahun 1992 ini berlanjut ketika menggarap film Lemantun (2014) yang merupakan tugas karya akhir yang bercerita tentang lemari warisan dari neneknya.
Film pendek Lemantun ini banyak mendapat penghargaan sebagai film pendek terbaik di festival film XXI Short Film Festival 2015, Apresiasi Film Indonesia 2015, dan Piala Maya 2015.
Setelah itu, Wregas mencoba memperkenalkan hasil karyanya ke festival film internasional. Hasilnya, melalui film Lembusura, karyanya ini lolos sebagai Berlinale Short Competition di 65th Berlin International Film Festival 2015.
Mendapat pengalaman berharga dari Berlin, Wregas terus menggarap karya untuk dipamerkan di berbagai festival internasional seperti 40th Hong Kong International Film Festival 2016, Cinema Nova Awards 2016 di Melbourne – Australia, hingga 55th Semaine de la Critique – Cannes Film Festival 2016.
Pada Cannes Film Festival 2016, melalui film Prenjak atau In the Year of Monkey ia sukses mendapat penghargaan Leica Cine Discovery Prize sebagai film pendek terbaik dan tercatat sebagai sutradara muda pertama Indonesia yang sukses mendapat penghargaan di Festival Film Cannes.
Di tahun 2019, kembali membuat film pendek berjudul Tak Ada yang Gila di Kota Ini (No One is Crazy in This Town) yang dipamerkan di program Wide Angle: Asian Short Film Competition di Busan, Korea Selatan.
Film ini merupakan karya kolaborasi bersama Eka Kurniawan yang mengisahkan tentang kisah hidup Marwan seorang penyandang gangguan mental yang disingkirkan ke hutan belantara. Film ini pun mendapat penghargaan sebagai film fiksi terbaik di Festival Film Indonesia 2019.