Berbicara mengenai Wayang Kulit mungkin bagi kebanyakan masyarakat Indonesia khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah tidak asing lagi untuk dilihat. Ya, seni tradisional yang berkembang di Jawa ini biasa dipertunjukkan di acara resmi seperti resepsi pernikahan, selamatan, sampai acara sambutan untuk pejabat tinggi negara.
Kata “Wayang” berasal dari kata “Ma Hyang” yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa atau Tuhan Yang Maha Esa. Wayang yang populer di Indonesia sendiri ada dua jenis, yakni Wayang Golek dan Wayang Kulit.
Wayang Golek biasanya dipertunjukkan di wilayah Jawa Barat, sedangkan Wayang Kulit banyak dipertunjukkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mengenai Wayang Kulit, banyak masyarakat di Pulau Jawa mengartikan “wayang” adalah sebuah bayangan.
Hal ini disebabkan karena dalam setiap pertunjukannya, penonton harus melihat dari belakang layar, sehingga penonton hanya melihat bayangan dari wayang yang dimainkan oleh seorang Dalang. Diperkirakan wayang kulit telah ada sejak abad kedua Masehi.
Wayang kulit dibuat menggunakan bahan kulit sapi kemudian dipahat dengan menggunakan besi baja berkualitas baik membentuk karakter atau tokoh pewayangan. Pahatan besi baja juga mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Rata-rata wayang kulit berukuran 50 x 30 cm.
Sayangnya, dengan derasnya kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia, khususnya di Jawa, kesenian wayang kulit kurang diminati oleh generasi muda. Padahal, jika melihat di berbagai negara, kesenian wayang kulit cukup banyak diminati.
Terbukti di tahun 2018, perajin wayang kulit dari Desa Wukirsari, Kecamatan Bantul, Yogyakarta dapat mengekspor wayang kulit hingga ke beberapa negara di Asia dan Eropa.
“Untuk pasar dari wayang produk perajin Desa Wukirsari ini sekitar 60%, dipasarkan ke luar negeri. Sedangkan yang 40% dipasarkan di dalam negeri,” jelas Suyono, Ketua Paguyuban Perajin Wayang Desa Wukirsari kepada salah satu media lokal Yogyakarta.
Wayang kulit dari Desa Wukirsari banyak diekspor ke negara-negara seperti Iran, Turki, Mesir, Perancis, Jepang dan Australia. Untuk pasar terbesarnya adalah Jepang dan Perancis. Sedangkan menurut salah satu perajin Wayang Kulit dari Malang, Rahmad Susmedi, wayang kulit buatannya adalah satu-satunya yang kini masih eksis di kota Malang.
Bertempat di Jalan Peltu Sujono, Gang Anggrek No. 10 Ciptomulyo, wayang kulit buatan Rahmad Susmedi juga telah sampai ke mancanegara, seperti Australia, Jepang, Korea dan Suriname.
Untuk harganya, Rahmad Susmedi membandrol antara Rp. 150 ribu hingga Rp. 1 juta sesuai dengan ukurannya. Bahannya sendiri ia buat menggunakan bagian dalam dari kulit sapi, sehingga memiliki kualitas yang cukup bagus.
Di tahun 2018, kesenian wayang kulit digelar di 4 kota besar Belanda, yakni Den Haag, Arnhem, Amsterdam dan Amstelveen. Dengan tajuk Shadow of Java, pertunjukan yang mengangkat kisah Mahabharata ini mengkombinasikan alunan gamelan jawa dengan orchestra yang dipimpin oleh Elsie Plantema dan Guntur Sulistiyono dengan pemain saxophone dari Jepang, yaitu Yukari Uekawa.
Pada pertunjukan wayang kulit tersebut, Ki Joko Susilo dipercaya sebagai dalang, ditemani oleh Sinta Wullur yang menciptakan tembang khusus dalam bahasa Inggris, beserta sinden Peni Candra Rini. Sedikit informasi saja, pada 7 November 2003 UNESCO telah menobatkan Wayang Kulit sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity atau mahakarya yang tak ternilai dalam seni bertutur dari Indonesia