Virus berusia 48.500 tahun atau virus zombie yang ditemukan para peneliti beberapa waktu lalu, ternyata masih bisa menginfeksi makhluk hidup bersel tunggal seperti amoeba.
Melansir dari Science Alert, profesor asal Perancis Jean-Michel Claverie menjelaskan jika varian virus berusia 48.500 tahun tersebut membeku di lapisan permafrost di Siberia. Varian tertua itu diambil dari danau bawah tanah.
Usai menemukan virus tersebut, Claverie dibantu oleh beberapa rekan peneliti lainnya melakukan penelitian lebih lanjut. Hasilnya, tim tersebut berhasil membangkitkan lagi biji bunga liar berusia 30 ribu tahun yang ditemukan dari perut tupai.
Tidak hanya itu saja, pada 2014 Claverie juga menemukan virus-virus yang “tertimbun” di permafrost masih dapat menginfeksi inangnya. Cara peneliti untuk menghidupkan lagi tumbuhan yang mati adalah dengan menyuntikan virus tersebut ke sel yang dikultur (ditumbuhkan di luar jaringannya).
Rasa penasaran peneliti akan virus zombie masih berlanjut, setahun kemudian mereka melakukan isolasi tipe virus berbeda (virus purba) yang menargetkan amoeba. Percobaan terakhir ini pun menunjukkan hasil yang sama, virus ditemukan dapat menginfeksi sel amoeba.
Adapun kemungkinan virus-virus tua yang ditemukan pada permafrost menginfeksi manusia bisa saja terjadi. Claverie menjelaskan jika hal itu terjadi apabila dalam konteks pemanasan global, di mana pencairan permafrost akan terus meningkat dan di saat bersamaan ada lebih banyak orang menghuni wilayah Arktik usai kebangkitan industri.
Pada penelitian yang dilakukan di tahun 1997 mencatat, jejak infeksi virus purba ke manusia sebetulnya sudah tersimpan di permafrost. Saat itu, sampel paru-paru dari tubuh wanita yang dikeluarkan dari permafrost berisikan material genom varian virus influenza yang menyebabkan pandemi 1918.
Lebih lanjut, wabah anthrax di Siberia yang berdampak kepada puluhan orang dan 2.000 rusa pada Juli dan Agustus 2016 disebut punya kaitan dengan pencairan permafrost. Pencairan itu memungkinkan Bacillus anthracis atau virus anthrax bangkit dari kuburan atau sisa-sisa binatang.
Sekedar informasi saja, hasil penelitian mengenai virus-virus purba telah dipublikasikan di jurnal MDPI berjudul An Update on Eukaryotic Viruses Revived from Ancient Permafrost. Salah satu artikel dari National Geographic, juga mencatat virus zombie tersebut ditemukan pada lapisan permafrost atau lapisan beku permanen di atas atau di bawah permukaan bumi. Permafrost sendiri biasa terdiri dari tanah, kerikil, dan pasir yang biasanya diikat oleh es.
Lalu, bagaimana caranya agar virus-virus ini tidak menjangkit manusia? Saat ini pun, cara yang dilakukan para peneliti yaitu mencegah terjadinya pemanasan global.