Tutari, Situs Peninggalan Peradaban Era Megalitik di Papua

Situs peninggalan tersebut merupakan warisan sejarah dari Suku Tutari

Salah satu batu peninggalan di Situs Peradaban Papua

Salah satu batu peninggalan peradaban Megalitik Suku Tutari. Sumber Foto: Jubi.co.id

Tanah Papua memang terkenal dengan tradisi, budaya, kerajinan hingga tempat wisata yang sangat memesona. Namun, di Bumi Papua juga menyimpan situs peradaban prasejarah yaitu megalitik Tutari yang terletak di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua. 

Di tempat tersebut menyimpan warisan budaya mengenai kehidupan masyarakat masa prasejarah Papua di pinggir Danau Sentani. Situs peradaban tersebut berada di atas bukit yang berketinggian sekitar 150-200 meter di atas permukaan laut.

Pada 6000 tahun lalu atau zaman neolitik akhir, di area tersebut sempat disinggahi oleh suku Tutari. Dahulu tempat tersebut bernama perkampungan Yoku Tamaiyoku.

Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama karena sempat terjadi perang antar suku dengan Suku Ebe mengenai perebutan wilayah. Suku Ebe merupakan suku yang berasal dari wilayah Pulau Yonoqom atau Yonahang. Akibatnya Suku Ebe memusnahkan semua isi dan masyarakat Suku Tutari hingga hampir tidak ada yang tersisa, kecuali tempat pemujaan yang berbentuk bongkahan-bongkahan batu dan menhir.

Apa Saja Peninggalan Situs Tutari?

Di dalam situs peninggalan peradaban prasejarah di Papua tersebut terdapat hasil penemuan arkeologi seperti lukisan yang terdapat pada beberapa bongkahan batu yang tersebar hampir di seluruh wilayah situs tersebut. 

Adapun bebatuan yang terdapat beberapa lukisan tersebut merupakan berjenis batuan beku peridiotit. Tak hanya itu, beberapa susunan batu temugelang, batu berjajar, baru-batu berlukis, dan menhir. 

Menurut Balai Arkeologi Papua, peninggalan situs Megalitik Tutari dikelompokkan menjadi 6 sektor yang berdasarkan lokasi batu bermotif lukisan tersebut. 

Seperti pada sektor 1, terdapat motif ikan dan kadal. Di sektor 2 terdapat motif ikan dan motif geometris. Lalu di sektor 3 batu tersebut terdapat motif ikan, kadal, geometris, dan kura-kura. Sektor 4 terdapat batu yang disebut dengan batu makhluk berbagai motif ikan, kadal, geometris, kura-kura, manusia, flora, dan motif-motif lingkaran yang berjumlah 18 buah yang dihubungkan dengan sebuah garis.

Sementara pada sektor 5, terdapat batu berbaris. Dikatakan batu berbaris karena batu tersebut membentuk dua barisan yang memanjang antara barat laut dan timur daya. Konon, barisan batu tersebut dipercaya menjadi jalan penghubung antara dunia manusia dan alam tempat roh nenek moyang.

Terakhir pada sektor 6, bebatuan di sekitar tempat tersebut terdapat motif yang menggambarkan ekspresi pengetahuan manusia tentang alam pada saat itu, di antaranya motif manusia, manusia setengah ikan, binatang, tumbuhan, dan benda-benda budaya seperti gelang, kapak batu serta motif geometris yang membentuk lingkaran dan matahari. 

Perlu diketahui bahwa bebatuan yang bermotif manusia ataupun lainnya memiliki arti. Jika bermotif manusia berarti menandakan kaitannya dengan tokoh-tokoh atau nenek moyang suku Tutari. 

Kemudian, motif manusia setengah ikan menggambarkan tentang keseimbangan hidup. Dikatakan demikian karena ikan melambangkan tentang kedekatan hidup dengan masyarakat Sentani. Tak hanya itu ikan juga dipercaya sebagai nenek moyang dan sumber kehidupan. 

Selain itu, motif binatang seperti kura-kura, kadal, tikus tanah, burung, dan ikan yang memiliki arti sebagai binatang yang paling dekat dengan kehidupan masyarakat Sentani. Motif bergambar binatang juga melambangkan tentang keseimbangan.

Kini situs peninggalan masa pra sejarah tersebut dilestarikan oleh kerjasama antara Balai Arkeologi Papua dengan Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI).

Exit mobile version