Hari Waisak 2556 BE akan jatuh pada tanggal 16 Mei 2022. Seluruh umat Buddha merayakan hari besar ini dengan mengunjungi tempat keagamaan, salah satunya yang berpusat di Candi Borobudur yang dinamakan Trisuci Waisak. Perayaan hari besar umat Buddha itu kembali digelar usai absen 2 tahun sejak pandemi Covid-19.
Tema perayaan Waisak yang akan digelar secara luring dan juga daring ini adalah “Jalan Kebijaksanaan Menuju Kebahagiaan Sejahtera”. Sementara sub-temanya adalah mengajak umat untuk mengaktualisasikan ajaran luhur Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari, menuju pencerahan sempurna tanpa batas.
Mengenal Perayaan Trisuci Waisak
Masyarakat yang berkumpul di Candi Borobudur akan melakukan prosesi tradisi Trisuci Waisak. Melansir dari situs Kemenag, Trisuci Waisak ini adalah hari besar yang dirayakan umat Buddha dan berkenaan dengan 3 peristiwa penting:
- Lahirnya pangeran Siddharta (calon Buddha) di Taman Lumbini pada tahun 623 SM (sebelum masehi)
- Pangeran Siddharta mencapai penerangan agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya (Bodh Gaya) pada usia 35 tahun di tahun 588 SM.
- Buddha Gautama Parinibbana (wafat) di Kusinara pada usia 80 tahun di tahun 543 SM.
Dalam perayaan Trisuci Waisak, nantinya umat Buddha akan berkumpul di Candi Borobudur dan melakukan serangkaian acara pokok.
Dimulai dari pengambilan air berkat dari mata air (umbul) Jumprit di Kabupaten Temanggung dan penyalaan obor menggunakan sumber api abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan. Meski per tahun 2020 kemarin api abadi Mrapen dikabarkan sudah padam.
Setelahnya, dilanjut dengan Ritual Pindapatta, suatu ritual pemberian dana makanan kepada para bhikkhu/biksu oleh masyarakat (umat) untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan kebajikan.
Rangkaian terakhir di acara pokok Trisuci Waisak adalah Samadhi pada detik-detik puncak bulan purnama. Penentuan bulan purnama ini adalah berdasarkan perhitungan falak, sehingga puncak purnama dapat terjadi pada siang hari.
Tak hanya rangkaian acara pokok, akan ada pula acara lainnya seperti Pradaksina (berjalan keliling dengan tertib selama 3 kali searah jarum jam) pawai, kesenian, melepaskan lampion hingga melepaskan burung dari sangkar.