Kemacetan menjadi salah satu persoalan yang kerap kali dihadapi oleh orang-orang tinggal di daerah perkotaan dalam kehidupan sehari-hari. Melihat akan keresahan ini, sekelompok mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) mencoba berinovasi dengan menciptakan sistem pengatur isyarat lalu lintas bernama TraffiQ.
TraffiQ merupakan sebuah sistem untuk pengaturan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) yang pengoperasoiannya menggunakan metode Reinforcement Learning. Sesuai dengan namanya, alat ini diciptakan untuk mengatasi masalah kemacetan, terutama di Kota Bandung, Jawa Barat.
Inovasi ini diciptakan oleh sekelompok mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) yang terdiri dari 3 orang, yaitu Kendrik Emkel Ginting, Jalu Reswara Wiradjanu, dan Bella Sulistya Putri.
Reinforcement learning merupakan sebuah metode yang memungkinkan alat untuk belajar secara mandiri. Sistem ini akan bisa berjalan dengan memakai konsep pemberian rewards saat menghasilkan keadaan yang diharapkan pada lingkungan sekitarnya.
Begitupun sebaliknya, apabila yang muncul adalah keadaan yang tidak diharapkan, maka akan diberikan hukuman. Dengan kehadiran metode sistem ini, maka TraffiQ dapat terus belajar dan mengoptimalkan kinerjanya, seiring berjalannya waktu.
Menurut keterangan Jalu selaku salah satu pendiri TraffiQ, berharap inovasi tersebut bisa mengurangi kemacetan di Indonesia dan bantu meningkatkan efisiensi lalu lintas di berbagai kawasan.
“Diharapkan dengan adanya TraffiQ, masyarakat dapat merasakan manfaatnya dalam mengurangi waktu perjalanan dan meningkatkan kualitas hidup,” ujar Jalu.
Dengan ini diharapkan teknologi ciptaan generasi anak muda sekarang punya peran penting untuk meningkatkan kualitas dalam kehidupan masyarakat.
Alat dengan Kecanggihan Fiturnya
Pada alat pengatur lalu lintas ini juga dibekali dengan sejumlah fitur unggulan sehingga membuatnya lebih terlihat menarik. Fitur yang pertama, sistem ini bisa mengendalikan dua persimpangan yang berdekatan dengan efisien.
Caranya dengan menggunakan proses komputasi yang cepat, alat ini bakal tanggap untuk melakukan perhitungan secara efisien sehingga hasilnya waktu respons terhadap perubahan kondisi lalu lintas bisa diminimalkan.
Kedua, alat ini punya mode dual, yaitu otomatis dan manual. Misal dalam keadaan mode otomatis, sistem akan mengatur lalu lintas secara mandiri berdasarkan kondisi yang diukur oleh beberapa sensor yang terpasang di jalan. Namun, jika perlu diintervensi, sistem tersebut dengan mudahnya bisa diubah ke mode manual.
Selain itu, terakhir keunggulan alat ini memiliki kemampuan dalam mengatur aliran kendaraan berdasarkan traffic counting dengan memakai data jumlah kendaraan yang melintas pada suatu waktu. Sistem ini bisa disesuaikan dengan durasi lampu hijau atau APILL tergantung pada kepadatan lalu lintas yang sedang terjadi.