Cuma di kota ini, kamu bisa menemukan banyak piring terbang, terlebih di acara nikahan. Lho, alien bisa ikut kondangan? Bukan guys, piring terbang yang dimaksud di sini bukanlah kendaraan alien atau UFO (Unidentified Flying Object) melainkan piring betulan yang terbang (tapi nggak di lempar kok). Warga Solo dan daerah Jawa Tengah lainnya pasti nggak asing dengan yang namanya tradisi unik piring terbang di resepsi-resepsi pernikahan.
Piring terbang adalah cara unik untuk menjamu tamu di acara pernikahan Jawa. Ya, tamu resepsi pernikahan yang alih-alih untuk mengantri mengambil makanan di prasmanan, justru mereka tinggal duduk anteng di kursi dan para pramusaji lah yang akan mengantarkan piring berisi makanan kepada mereka. Kamu bisa melihat suasananya di video ini:
@mna200919tradisi piring terbang Solo – Klaten♬ suara asli – GUYONWATONOFFICIAL
Meski porsi makanan di piring tersebut ditakar dan tamu tidak bisa mengambil lebih untuk makanan yang disukai, namun dengan hal seperti ini, membuat tamu merasa diperlakukan spesial bak raja karena mereka tinggal duduk saja dan dilayani.
Dari Mana Tradisi Ini Berasal?
Tradisi unik piring terbang dalam resepsi pernikahan orang Jawa bisa dibilang memiliki sejarah yang cukup panjang. Dikatakan, tradisi ini mulai berlangsung sejak masa kerajaan Mataram dan berkembang dari daerah pinggiran seperti Wonosari, Klaten dan Wonogiri.
Pada zaman dahulu dikenalkan ajaran untuk menghormati tamu supaya tidak berdiri dengan mengantarkan hidangan kepada tamu. Tradisi ini kembali populer di kawasan Solo dan sekitarnya pada pertengahan tahun 1980-an.
Untuk menyajikan makanan pada tradisi unik piring terbang ini, nggak sembarangan dan cuma anter-anterin aja, lho, Sobat, Ada panduannya ternyata, Mereka mengantarkan makanan dengan urutan yang dinamakan USDEK.
U atau untuknya alias minuman diberikan terlebih dahulu, bisanya juga diberi tambahan cemilan. Setelahnya ada S alias Sup. Supnya biasanya berupa kuah kaldu ayam yang diberi wortel, buncis, atau bahkan jamur kuping.
Selanjutnya ada D alias Dhahar alias makanan utama mulai disajikan. Setelah makanan utama ada E yang artinya es krim disajikan sebagai makanan penutup. Barulah sebagai penutup ada K yang artinya Kondur atau beranjak pulang.
Tradisi ini sebenarnya cukup rumit karena mengedepankan timing alias pengaturan waktu yang tepat, apalagi kalau tamu yang datang ada ratusan. Wah… pokoknya harus sat set sat set deh pramusajinya!