Tradisi Saur Matua: Pemakaman Tanpa Sedih di Suku Batak Toba

Merayakan keberhasilan orang tua yang telah lunas tugasnya membimbing anak-anaknya.

tradisi saur matua

Tradisi Saur Matua. Foto: Kompasiana.com/Irmina Gultom

Indonesia memang kaya akan kebudayaan, di mana di dalamnya terdapat tradisi-tradisi unik yang masih dijalankan serta dijaga kesakralannya oleh beberapa suku di Tanah Air. Salah satu contohnya yaitu tradisi tidak menangisi kematian seseorang saat proses pemakaman yang cuma ada di suku Batak Toba atau disebut Saur Matua

Kira-kira, kenapa ya pada Saur Matua masyarakat suku Batak Toba tidak boleh menangis? Ternyata, alasannya karena dalam upacara ini seseorang yang telah berusia tua dan memiliki anak serta keturunan (cucu) bahkan cicit, dinilai telah mencapai kesempurnaan. 

Menurut adat Batak, jika orang yang meninggal telah sempurna dalam kekerabatan maka acara adat penguburannya pun mesti dilaksanakan dengan sempurna yang disebut ulaon na gok (acara dengan adat penuh). Upacara ini juga bentuk rasa sayang dan hormat dari anak-anak kepada orang tuanya.

Tapi, nggak semua orang Batak dimakamkan dengan tradisi Saur Matua, ya Sob. Kembali lagi, upacara adat ini diperuntukkan bagi orang yang meninggal sesuai dengan tingkat hagabeon dari orang yang bersangkutan. Hagabeon sendiri merupakan kehormatan karena lengkapnya keturunan. 

Maka karena sudah dalam usia sangat tua dan sudah berhasil mendidik merawat dan menikahkan anaknya hingga memiliki keturunan, upacara pemakaman harus dilakukan penuh suka cita. Para anak merayakan keberhasilan orang tua yang telah berhasil  membimbing anak-anaknya sampai ke jenjang kehidupan selanjutnya.

Tugas mereka sebagai orang tua sudah terlaksana dengan baik. Jika posisi tangan jenazah diletakkan di samping badannya, maka almarhum telah lepas semua beban atau tanggung jawabnya sebagai orangtua selama dia hidup di dunia.

Upacara Saur Matua dilaksanakan pada siang hari, umumnya di tempat terbuka seperti halaman rumah duka. Peti mati atau jenazah akan diletakkan di tengah-tengah keluarga dengan diselimuti kain ulos. Kalau kamu ingin melihat dari video yang Sampaijauh.com sematkan di atas, para anak, cucu dan cicit, alih-alih bersedih dan menangis di depan peti jenazah, mereka melakukan tarian. Biasanya tari tor-tor dan menyanyi diiringin lantunan musik yang berdendang.

Perayaan juga tak hanya diwarnai dari tarian dan nyanyian. Dalam upacara ini, keluarga mendiang akan mengorbankan seekor kerbau sebagai simbol sempurnanya kekerabatan. Pihak keluarga yang ditinggalkan dapat memotong sapi ataupun kerbau yang nantinya akan dibagi-bagikan ke pihak keluarga yang lain. Namun kesanggupan ini juga harus mempertimbangkan keadaan finansial keluarga tersebut.

Nah, kamu sendiri pernah melihat tradisi Saur Matua ini, Sob? 

Exit mobile version