Perubahan iklim karena akibat dari El-Nino dan La-Nina berdampak pada pertanian di Indonesia. Oleh karena itu, tim Peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dipimpin oleh Dr. Ir. Taryono tengah mengembangkan varietas padi “Amphibi” Gamagora.
Adanya pengembangan jenis baru ini dilakukan untuk menyiasati penurunan produksi padi di Indonesia akibat adanya perubahan iklim baik yang disebabkan oleh El Nino dan La Nina yang berdampak pada pengalihan fungsi lahan sawah ke non sawah sebesar 96.512 hektare per tahun.
Sesuai dengan namanya, nama produk padi Gamagora merupakan kependekan dari Gama Gogo Rancah. Keunggulan jenis padi ini dibandingkan dengan padi pada umumnya, yakni bisa ditanam di lahan persawahan maupun non sawah.
Berdasarkan keterangan dari Peneliti UGM Dr. Taryono, varietas padi “Amphibi” Gamagora ini sedang dalam uji multilokasi di sebanyak 14 lokasi di 9 provinsi di seluruh Indonesia. Adapun lokasi-lokasi uji multilokasi meliputi daerah Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Tengah Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, dan Halmahera Utara.
Menurutnya padi tersebut dalam tahap uji di delapan lokasi pada persawahan dan enam lokasi pada tanah tadah hujan. Kegiatan tersebut berlaku untuk mendapatkan izin edar an izin rilis varietas baru dari Kementerian Pertanian.
Sementara itu, menurut Dr. Panjisakti Basunada, S.P.,M.P., mengatakan dari hasil uji multilokasi ini, padi tersebut menjadi lebih unggul dibandingkan padi sejenis yang sebelumnya ditanam di Indonesia.
“Di sini yang akan kita libatkan ada sepuluh calon, ditambah dengan empat pembanding. Dibandingkan dengan kultivar yang sudah eksis, yang disukai petani dan unggul. Paling tidak syarat kultivar bisa lulus menyamai penampilan, menyamai karater yang unggul,” jelasnya.
Namun, lanjutnya, yang menjadi andalan kita di sini selalu unggul pada area persawahan dan lahan kering. Maka dari itu, tumbuhan padi tersebut dinamakan dengan Amphibi. Gunanya sebagai label bagi para petani agar tampak berkesan.
Dari hasil uji multilokasi yang telah dicoba di beberapa daerah di Indonesia, prediksinya sampai saat ini beberapa nomor sudah mulai menunjukkan kemajuan dan adaptasi dari potensi hasil produksi padi. Bahkani, total potensi produksi dari varietas padi ini bisa mencapai 10 ton per hektare.
Disisi lain, Rektor UGM Prof. Ir. Panut. Mulyono, M.Eng., D.Eng memberikan apresiasinya atas inovasi riset dari padi Gamagora. Menurutnya padi tersebut selain bisa ditanam di dua tempat, tetapi juga bisa meningkatan produktivitas padi di Tanah Air.
Ia juga berharap padi Gamagora akan menghasilkan produksi panen per hektare tinggi, mempunyai kelebihan lain terhadap hama penyakit, lolos dalam uji varietas, dan mendapatkan izin edar.
“Saya berharap nantinya bisa dirilis dan dilepas ke masyarakat sebagai varietas unggul nasional sehingga bisa ditanam petani di penjuru tanah air. Semoga ini lekas dilepas,” tuturnya.