Tim Peneliti ITS Buat Alat Deteksi Covid-19 Lewat Analisis Batuk Pasien

Dengan alat deteksi yang cepat, maka diharapkan dapat lebih cepat pula memutus rantai penyebaran virus.

Alat deteksi Covid-19 lewat batuk

Alat deteksi Covid-19 lewat batuk. Sumber foto: Arief L/Sariagri.id

Dengan masih adanya wabah pandemi Covid-19, sejumlah inovasi terus muncul untuk mengidentifikasi keberadaan Coronavirus di tubuh manusia. Seperti yang baru ini dihasilkan oleh tim peneliti Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya yang membuat alat deteksi Covid-19 melalui metode batuk berdasarkan suara paru-paru.

Alat ini dinamakan elBicare Cough Analyzer. Dengan adanya alat deteksi yang cepat, maka diharapkan dapat lebih cepat pula memutus rantai penyebaran virus.

Ketua tim ITS, Dr. Dhany Arifianto S.T.,M.Eng., mengatakan bahwa alat deteksi Covid-19 dengan metode batuk atau alkes elBicare Cough Analyzer ini mampu mendeteksi keberadaan virus Covid-19 di tubuh penderita tanpa harus melakukan kontak langsung. Alat ini cocok diimplementasikan penggunaannya di rumah sakit karena mampu memberikan perlindungan pertama bagi para tenaga kesehatan yang bertugas. 

“Inovasi ini tak hanya dikembangkan untuk menangani pandemi saat ini, namun juga ditujukan untuk penyakit pernapasan yang menular lainnya,” ujar Ketua tim ITS, Dr Dhany Arifianto, Selasa (1/2/22), melansir dari Sariagri.id.

Cara Kerja elBicare Cough Analyzer

Ketua tim ITS sekaligus dosen Departemen Teknik Fisika ITS ini mengungkap bagaimana cara kerja alat deteksi Covid-19 dengan metode batuk ini dilengkapi dengan  mikrofon bersensor tipis dan kecil yang berguna untuk menangkap suara di sekitar alat. 

Lalu, suara yang masuk selanjutnya akan dianalisis oleh algoritma pada prosesor alat yang telah dirangkai tim peneliti  tersebut, apakah termasuk suara batuk atau bukan. Diketahui, daya jangkau tangkapan suara dari alat ini mencapai 10 meter.

Lebih lanjut, Dhany juga menjabarkan bahwa suara batuk akan diklasifikasi menjadi dua kategori yaitu batu yang terindikasi gejala Covid-19 dan non Covid-19. Dan batuk non Covid-19 juga akan dideteksi lebih lanjut penyebabnya, apa itu batuk normal, batuk gejala tuberkulosis (TBC), bronkitis, dan gejala lainnya.

“Pengelompokan ini didasarkan pada penyesuaian frekuensi, amplitudo, dan komponen harmonik suara paru-paru,” papar Dhanny.

Kemampuan alat elBicare Cough Analyzer untuk menganalisis berbagai jenis batuk sangat cepat, Dhany mengatakan alat tersebut hanya butuh waktu 2 menit untuk setiap deteksi suara batuk dan tingkat akurasi mencapai 93 persen.

Selanjutnya, hasil analisis dari alat elBicare Cough Analyzer ini akan tersimpan dan terintegrasi otomatis, kemudian didistribusikan ke perangkat pengguna dengan bantuan bluetooth.

Data penelitian untuk klasifikasi batuk Covid-19 dan non Covid-19 didapatkan melalui penelitian-penelitian. Untuk data penelitian batuk gejala Covid-19 didapatkan melalui penelitian yang bekerja sama dengan University of Cambridge, Inggris selama dua tahun dan sudah diuji di RS Universitas Airlangga.

Inovasi alat kesehatan dari tim peneliti ITS ini direncanakan pada akhir tahun 2022 bisa masuk uji layak edar dan bisa digunakan secara luas di bidang kesehatan dalam negeri hingga dunia di tahun 2023. 

Exit mobile version