Tim Prodi Teknik Geologi dari Institut Teknolog Bandung (ITB), tengah meneliti penemuan beberapa tulang fosil hewan yang berada di tengah Waduk Saguling, Pulau Sirtwo, Kabupaten Bandung Barat pada pertengahan Oktober 2021 lalu.
Fosil-fosil tersebut ditemukan warga Pulau Sirtwo pada 2020 lalu, setelah mencurigai bebatuan yang mirip seperti tulang belulang. Dari hasil penelitian, Tim Prodi Teknik Geologi ITB memverifikasi bahwa tulang belulang yang ditemukan pada batuan di sepanjang pulau (17 titik) merupakan fosil, bukan hewan modern seperti saat ini.
“Fosil-fosil yang ditemukan di permukaan dan juga yang telah terekspos kemudian diangkat dan disimpan oleh pihak yang berwenang di lokasi. Berdasarkan temuan tersebut, tim berhasil mengidentifikasi fosil-fosil yang telah dikumpulkan,” jelas Mika Rizki Puspaningrum, KK Paleontologi dan Geologi Kuarter, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) di laman resmi ITB pada Selasa (19/10/2021).
Diketahui, dari hasil survei yang dilakukan selama dua hari di hari berbeda, pada Minggu 10 Oktober 2021 dan Jum’at 15 Oktober 2015 fosil-fosil tersebut berasal dari kelompok Bovidae (Sapi, Kerbau, Banteng), Cervidae (kelompok Rusa) dan Elphas maximus (Gajah).
Tim peneliti pun bukan hanya dari ITB saja, melainkan bekerjasama dengan Museum Geologi yang melakukan ekskavasi terhadap tulang kaki depan Gajah yang telah terbuka dan mengalami kerusakan cukup parah.
Untuk melindungi tulang yang rusak tersebut, maka dilakukan pembungkusan dengan menggunakan gips. Setelah itu dapat diangkat dan diteliti lebih lanjut.
“Selain paleontologi, tim juga akan mengembangkan penelitian pada aspek geologi secara menyeluruh, meliputi kajian stratigrafi, umur dan lingkungan purba,” tambah MikaRizki Puspaningrum.
Saat ini, tinjauan lebih mendalam mengenai fosil-fosil tersebut serta tindak lanjut terhadap pengelolaan pulau sedang dilakukan secara kolaboratif antara warga Pulau Sirtwo, tim ITB, PT Indonesia Power Saguling (selaku pengelola wilayah), Disparbud KBB, PGW, Museum Geologi Bandung, Pemerintah Kecamatan Cipongkor, TACB KBB, Masyarakat Geowisata Indonesia dan DPC HPI KBB.