Threadapeutic adalah produk yang terbuat dari rekonstruksi kain yang bertujuan untuk meminimalkan limbah kain. Potongan kain perca sisa pabrik konveksi di daur ulang (upcycling) untuk dibuat menjadi sebuah produk seperti clutch, tote bag, sling bag, pouch, drawstring bag, hingga tas laptop.
Nama Threadapeutic sendiri berasal dari gabungan kata thread dan therapeutic yang berarti terapi benang. Makna tersebut adalah cara Hana untuk membuat sesuatu yang indah.
Saat ini pelaku industri fesyen semakin memperhatikan pentingnya circular fashion, gerakan fesyen yang memastikan bahwa produk fesyen tidak langsung berakhir di pembuangan, tetapi diolah kembali.
Lewat @threadapeutic, perca sisa pabrik konveksi, studio desain interior, bahkan baliho punya kesempatan untuk di daur ulang kembali. Produk ini fokus memikirkan dampak positif bagi sekitarnya. Perhatiannya tidak hanya sebatas keberlangsungan produk yang dinilai tahan lama, namun juga menyiasati limbah kain sebagai bahan baku dalam tiap produk yang diciptakan.
View this post on Instagram
Produk ini dibuat oleh Nagawati Surya atau biasa dipanggil Hana dan 7 penjahit artisannya. Dengan teknik manipulasi kain, mereka mengolah kain-kain tersebut menjadi produk-produk artisanal yang indah.
Produk yang dibuat Hana awalnya tergerak saat dirinya membuat tas souvenir di acara bergengsi Indonesian Fashion Week 2015. Saat ini ia melihat tumpukan kain sisa di acara tersebut. Kemudian, Hana dan penjahit artisan lainnya mengolah kain perca dengan teknik faux chenille sehingga menghasilkan karya fesyen kontemporer.
Jerih payahnya tersebut turut membawa produknya sebagai salah satu yang terlibat dalam Rising 50: Singapore-Indonesia Design Bazaar, yang dihelat Design Singapore Council bersama dengan Shophouse & Co pada 3-5 November 2017, di National Design Centre, Singapura.
Pentingnya circular fashion juga aktif disuarakan melalui berbagai workshop maupun webinar seperti dalam Goethe Institut Sustainable Symposium 2017, Fashion Revolution I dan II, Indonesian Fashion Chamber dengan melatih para penjahit-penjahit di Semarang.
Selain itu, brand ini juga aktif berkolaborasi dengan jenama lainnya seperti (X)S.M.L, KUKA, hingga Kedutaan Besar Kanada dan Swedia.
Ke depannya, lini yang juga melebarkan ke segmen interior bernama Thread Living, ini akan lebih fokus untuk menyebarkan pembelajaran dan pelatihan berbasis upcycle, khususnya bagi anak muda. Hana mengharapkan limbah akan semakin berkurang apabila orang-orang menggunakan kreativitasnya dalam membuat barang baru.
“Sampah itu harus diolah dengan baik dan sungguh-sungguh. Jangan sampai sampah yang diolah hanya menciptakan sampah baru lagi,” ujar Hana.