Setelah resmi dimiliki Elon Musk, Twitter dikabarkan telah memperluas layanan notifikasi kebebasan berekspresi bernama #ThereIsHelp untuk wilayah di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia dan Filipina.
Layanan notifikasi kebebasan berekspresi (#ThereIsHelp) ini bisa dibilang sebuah layanan pendampingan terkait masalah kebebasan berekspresi pengguna Twitter, yang kerap kali tidak diberi kebebasan dalam berkomentar.
Diketahui, sejumlah kasus serangan digital seperti perundungan atau bullying, penyebaran data pribadi (doxing) hingga pembajakan akun kerap terjadi terutama terhadap pemilik akun aktivis, jurnalis atau warganet yang vokal mengkritik kebijakan Pemerintah.
“Layanan ini hadir sebagai bagian dari usaha berkelanjutan Twitter untuk melindungi dan mempromosikan kebebasan berinternet (#OpenInternet) secara global,” tulis pernyataan resmi Twitter.
Di Indonesia, dalam menjalankan kebijakan tersebut, Twitter akan bekerja sama dengan lembaga negara dan organisasi masyarakat, seperti LBH Jakarta, Komnas HAM dan SAFEnet. Layanan #ThereIsHelp sendiri sudah bisa digunakan sejak Jumat (27/5/2022).
Bagi pengguna Twitter yang merasa menjadi korban perundungan, bisa langsung mencari informasi dengan menggunakan kata kunci yang berhubungan dengan kebebasan berekspresi pada aplikasi Twitter.
Selain itu, korban perundungan juga akan langsung dihubungkan langsung ke nomor hotline organisasi masyarakat sipil lokal yang menjadi mitra Twitter. Dengan begitu, pengguna Twitter yang menjadi korban perundungan dapat mendapat perlindungan dan hak-hak digital.
“Misi kami di Twitter adalah melayani percakapan publik. Kami percaya bahwa kebebasan berekspresi dan mendapatkan akses terbuka untuk mengakses #OpenInternet adalah hal fundamental dari hak asasi manusia,” ujar Monrawee Ampolpittayanant, Kepala Kebijakan Publik dan Filantropi Asia Tenggara Twitter dalam keterangan resminya.
Layanan baru dari Twitter ini dilakukan karena banyaknya laporan mengenai serangan siber terhadap pengguna yang mengkritisi berbagai kebijakan. Seperti SAFEnet, mencatat serangan siber berupa pembajakan akun media sosial hingga perundungan di dunia maya Indonesia, meningkat ketika ada penentangan dari publik yang kuat terhadap kebijakan Pemerintah.
“Pada 2020, 36,2 persen masyarakat Indonesia tidak merasa bebas untuk berpendapat di media sosial dan banyak yang mengungkapkan bahwa mereka mengalami pelecehan seksual atau kekerasan secara online,” tambah Direktur Eksekutif SAFEnet, Damar Juniarto dalam rilisan yang sama.
Sekedar informasi saja, beberapa waktu lalu pemilik baru Twitter, Elon Musk telah mengungkapkan akan melepasliarkan akun-akun yang pernah diblokir karena menyebar hoax dan pernyataan provokatif.
— Elon Musk (@elonmusk) May 28, 2022
“Yang saya maksud dengan ‘kebebasan berpendapat’ hanyalah yang sesuai dengan hukum. Saya menentang sensor yang jauh melampaui hukum,” tulis Elon Musk dalam akun Twitter pribadinya, pada Rabu (27/4/2022) lalu.
Menurut Sobat SJ, setujukah kamu dengan layanan baru dari Twitter ini? Coba beri pendapat kamu melalui kolom komentar.