Ada yang tahu alat musik terompet reog? Alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup (aerofon) ini berasal dari Ponorogo, Jawa Timur yang sering dimainkan mengiringi pertunjukan Reog Ponorogo. Terompet yang terbuat dari kayu ini memiliki bentuk seperti seruling pada umumnya, memiliki lubang sejumlah 6 buah dan bentuknya mengerucut.
Nah, pada bagian ujungnya sengaja dibuat kecil dengan tempurung kelapa yang dipotong sebagai tempat untuk meniup terompet tersebut. Sekadar informasi, ujung terompet ini disebut juga dengan petor.
Terompet ini punya bunyi yang unik dan khas. Seringkali alat musik ini digunakan untuk lantunan musik berunsur mistis dan magis. Bahkan melalui terompet ini bisa memberikan kekuatan gaib kepada penari reog.
Rahmat, Pengrajin Terompet Reog dari Jawa Timur
Ngomong-ngomong tentang terompet, nih, seorang mahasiswa dari Institut seni Indonesia (ISI) Surakarta rupanya sukses menggeluti bisnis pembuatan terompet tersebut hingga memasarkannya ke pasar global. Keren banget nggak, tuh! Namanya Rahmat Septian, mahasiswa berusia 26 tahun ini memiliki motivasi menjadi pengrajin terompet reog karena menurutnya pembuat terompet untuk kesenian reog masih jarang.
Di rumahnya yang berlokasi di Desa Nambangrejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Rahmat memproduksi terompet tersebut. Rahmat memaparkan, sejak SMP dirinya ahli bermain terompet. Bahkan ia sering dipercaya untuk bermain terompet pada setiap gelaran reog. Karena kecintaannya terhadap terompet sejak belia, pada saat duduk di bangku SMK ia memutuskan untuk menekuni profesi pengrajin alat musik tiup tersebut. Didukung latar belakang ayahnya yang juga seorang pengrajin pelengkap kesenian reog, Rahmat pun berguru pada sang ayah, deh.
Walau fokus utama Rahmat adalah membuat terompet reog, tak jarang pula dirinya membuat terompet kesenian lainnya yang sesuai dengan permintaan pelanggan. Sebut saja untuk kesenian Barongan dari Jawa Tengah dan Jaranan. Hebatnya lagi, terompet buatan Rahmat ini sukses mendulang cuan hingga tembus ke pasar global.
“Barusan saya kirim ke Korea Selatan, sebelumnya juga ada saya kirim ke Singapura, Taiwan, dan Amerika,” pungkas Rahmat.
Dalam satu bulan Rahmat bisa menjual 20 hingga 30 terompet hasil buatan tangannya sendiri. Terompet-terompet ini dibanderol harga mulai dari Rp200 ribu hingga Rp500 ribu. Semuanya tergantung pada kerumitan terompet.