Beberapa waktu lalu dihebohkan dengan penampakan babi rusa yang tertangkap kamera jebakan milik Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di Kawasan Suaka Alam Masbait, Pulau Buru, Maluku. Penemuan babi rusa ini merupakan bukti pertama kali dari survei yang dilakukan secara insentif yang dilakukan sejak 1995.
Perjalanan penemuan babi rusa ini sangat panjang dan memerlukan proses yang lama. Sehingga pernah keberadaan babi hutan ini dianggap sebagai sebuah mitos. Pada tahun 2019 ditemukan tengkorak dan tulang belulang di Kawasan Suaka Alam Masbait.
Masih di tahun yang sama, tepatnya pada November mereka memutuskan untuk melakukan upaya pencarian terhadap keberadaan babi rusa. Tentunya upaya tersebut telah mendapat dukungan dari KSDAE melalui project EPASS (Enchancing the Protected Area System in Sulawesi for Biodiversity Conservation). Dalam hal ini mereka diberikan hibahan peralatan survei terdiri dari 20 buah kamera jebak dan 1 buah GPS.
Pada tahun 2021 upaya yang dilakukan oleh BKSDA Maluku membawakan hasil, babi rusa berhasil terekam oleh kamera jebak. Dari 10 kamera jebak hanya satu kamera yang tidak menangkap keberadaan babi rusa.
Perlu diketahui kamera jebak telah dipasang sejak April s.d Juni 2021 di tujuh lokasi yang dilintasi satwa endemik tersebut seperti pada areal berkubang/bermain satwa, salthicks (tempat menggeram), tempat biasanya satwa mencari makan.
Dari penemuan babi rusa ini dapat dibuktikan bahwa satwa langka tersebut benar adanya. Selain babi rusa, terdapat beberapa jenis babi endemik di Indonesia yang masih berada di hutan pedalaman atau kawasan konservasi.
Babi Kutil
Babi Endemik di Indonesia yang pertama, yaitu Babi Kutil. Dinamakan babi kutil karena pada babi tersebut memiliki sesuatu yang menonjol, menyerupai kutil, di bagian wajahnya. Babi tersebut juga disebut juga bernama latin sus verrucosus.
Habitat babi yang satu ini biasanya di hutan-hutan di Pulau Jawa. Namun, kini hutan-hutan di Pulau Jawa sudah banyak yang dialih fungsikan. Oleh karena itu, keberadaan babi kutil pun sangat darurat.
Tak hanya itu, pada tahun 2008 babi kutil dinyatakan sebagai hewan yang terancam punah. Bahkan, populasi babi kutil sempat dikatakan punah karena sulitnya untuk menemukan satwa tersebut. Hal ini juga disebabkan karena adanya perburuan liar yang sering dianggap sebagai hama pertanian.
Namun, keberadaan babi kutil pernah berhasil terekam oleh survei yang dilakukan oleh Kebun Binatang Chester, Inggris. Survei tersebut dipimpin oleh Dr. Johanna Rode-Margono yang memberikan harapan untuk konservasi babi kutil.
Babi Berjanggut
Babi berjanggut bernama latin sus barbatus. Babi yang satu ini memiliki janggut yang berwarna hitam. Sering bertambahnya usia, janggut yang terdapat di tubuh babi tersebut pun akan berganti warna dengan sendirinya. Biasanya pada babi dewasa yang berjanggut memiliki perpaduan warna antara abu-abu, putih dan kuning.
Babi berjanggut tergolong babi yang besar karena beratnya bisa mencapai bobot 200 kg. Selain itu, hewan endemik ini juga memiliki ukuran yang panjang. Babi berjanggut dewasa bisa tumbuh hingga memiliki panjang 152 cm, sedangkan babi berjanggut betina bisa tumbuh hingga 148 cm.
Menurut Internasional Union for Conservation of Nature and Natural Resourcess (IUCN) menyatakan populasi babi ini telah menurun sangat drastis. Sejak tahun 2008 babi ini tergolong sebagai yang terancam punah.
Babi Rusa Togean
Babi Rusa Togean merupakan hewan terbesar yang termasuk dalam spesies babi rusa. Babi ini termasuk satwa endemik yang habitatnya berada di Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah. Babi rusa togean juga bernama latin Babyrousa Togeanensis.
Ciri khas dari babi rusa togean, yakni mempunyai taring besar yang menembus kulit pada moncongnya. Ukuran taring pada babi ini bisa mencapai 30 cm.
Babi Rusa Buru
Babi rusa buru bernama latin Babyrousa Babyrousa. Hewan endemik ini berhabitat di Pulau Buru, Mangoli, Taliabu di Kepulauan Maluku.
Ciri khas dari babi rusa buru, yaitu mempunyai taring di rahang atas hewan jantan pendek dan ramping. Teringnya pun bersilangan dengan taring pada rahang bawah di sisi mulut. Selain itu, status hewan endemik ini dikategorikan sebagai hewan yang rentan (Vulnerable/VU) oleh Internasional Union for Conservation of Nature and Natural Resourcess (IUCN).
Babi Sulawesi
Babi Endemik di Indonesia yang terakhir adalah Babi Sulawesi. Babi ini berasal dari Sulawesi, Flores, Nias, dan Pulau Seram. Babi ini juga disebut dengan Celebes Warty Pig. Ciri khas babi tersebut, yaitu mempunyai kaki yang pendek, berwarna abu-abu kehitaman, dan terdapat kutil di wajahnya. Babi Sulawesi ini juga memiliki nama latin Sus Celebensis.