Tenant di Kawasan IMIP Bakal Bertambah Jadi 40 di Tahun 2025

Diperkirakan butuh lahan seluas 4.000 hektare.

Tenant di Kawasan IMIP

Potret PT IMIP tampak atas. Foto: gaungplus.com

Kawasan Industri Morowali atau Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) belakangan ini sedang naik daun karena kontribusinya terhadap industri nikel Indonesia. Terlebih dengan inspirasi dan semangat hilirisasi industri nikel yang digadang-gadang bisa mengantarkan Indonesia jadi pemain besar pasar kendaraan listrik dunia, maka nggak heran kalau tenant di kawasan IMIP disebut bakal tambah ramai dalam 3 tahun ke depan.

FYI, saat ini tenant atau perusahaan yang ada di kawasan IMIP sudah berjumlah 18 tenant. Saat ini, 22 tenant sedang dalam proses pembangunan. Hal ini diungkap langsung oleh CEO PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Alexander Barus.

“Jadi nanti akan ada sekitar 40 tenant di 3 tahun mendatang,” jelasnya saat menjadi pembicara saat diskusi BNI Investor Daily Summit 2022, di Jakarta, Rabu, (12/10/2022), melansir Kontan.co.id.

Luas kawasan industri Morowali tentu saja akan diperluas demi bisa menampung tenant-tenant yang akan masuk. Dengan total 40 tenant yang bakal hadir di 2025, diperkirakan butuh lahan seluas 4.000 hektare.

“Dulu kan (luas lahan IMIP) 1.350 hektare, kemudian menjadi 2.000 hektare, nah sekarang 4.000 hektare. Nanti kalau tidak cukup kita perluas ke Weda Bay, itu kan punya kita juga,” ujarnya.

Lebih lanjut, meski Alexander enggan menyebutkan berapa potensi nilai investasi dengan bertambahnya banyak tenant yang masuk ke IMIP dikarenakan khawatir bisa menimbulkan spekulasi, namun sejauh ini total investasi yang telah direalisasikan di Kawasan Industri Morowali senilai US$15,6 miliar.

Realisasi investasi yang sekarang sudah ada di IMIP ini untuk berbagai kebutuhan mulai dari kapal, truk pengangkutan, pelabuhan, pesawat, dan lainnya. Nggak cuma realisasi investasi, kontribusi IMIP untuk negara juga terwujud lewat ekspor dan pajak royalti.

“Di tahun lalu realisasi ekspor US$10,7 miliar di mana pajak royalti menyumbang Rp9,8 triliun,” ungkap CEO PT IMIP tersebut.

Bagi Sobat yang belum tahu, kini proses pengolahan nikel di kawasan industri Morowali sudah step up the game dari lainnya. Sekarang sudah ada 2 tingkat proses pengolahan nikel, di mana pada tingkat satu ialah produk nickel pig iron (NPI) sebesar 3,6 juta metrik ton per tahun. Kemudian produk katoda baterai kendaraan listrik sudah 195.000 metrik ton per tahun dari tiga industri.

Proses tingkat dua atau intermediate yang sudah terealisasi di Morowali ialah stainless steel 4 juta metrik ton pertahun, Hot Rolled Coil (HRC) sebanyak 3 juta metrik ton per tahun, Cold Rolled Coil (CRC) sejumlah 1,2 juta metrik ton per tahun, dan carbon steel mencapai 4 juta per tahun.

Keren, ya, Sobat! Semoga teknologi hilirisasi nikel bisa cepat terimplementasikan ke semua pelaku industri nikel dalam negeri dan Indonesia bisa segera menjadi pemain besar pasar kendaraan listrik dunia.

Exit mobile version