Satu kuliner khas Indonesia kembali berhasil mencetak prestasi baru, nih Sob. Yaps, tempe kembali menjadi “primadona” di salah satu negara Eropa, tepatnya di Swedia. Makanan yang berasal dari kacang kedelai ini dipopulerkan ke masyarakat Swedia melalui olahan makanan buatan orang Indonesia bernama Sen Tjiauw Gustafsson atau akrab disapa Sen.
Sen memperkenalkan tempe ke warga Swedia dengan berwirausaha melalui Sweden Tempe Food AB (sebelumnya bernama Hallstavik Tempe). Uniknya, dalam memasarkan olahan tempe tersebut, Sen melakukan sesuai pemesanan.
Target konsumennya adalah orang Indonesia yang berada di Swedia, beberapa orang Swedia yang memilih vegan, dan ke berbagai restoran di Stockholm, Swedia. Bahkan sudah ada 2 restoran Indonesia yang memesan tempe dari Sen, yaitu restoran Warung dan Restaurang Jakarta.
Langkah Sen yang mencoba untuk memperkenalkan tempe di Swedia ternyata juga mendapat dukungan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Swedia dengan Dubes Kamapradipta Isnomo. Seperti nggak mau ketinggalan dengan warga lokal Swedia, KBRI di Stockholm juga sering, loh, memesan olahan makanan keripik tempe Sen untuk acara-acara resmi.
“Beberapa hari lalu, Pak Dubes mengundang wakil Menlu Swedia dan sejumlah duta besar untuk berbuka puasa bersama beliau berkesempatan mengenalkan Tempechips kepada para tamunya,” ujar Sen.
Berawal dari Sebuah Hobi
Awal mula momen di mana Sen tertarik bereksperimen membuat tempe adalah ketika tahun 2019, saat itu keponakannya baru tiba dari Jakarta dan membawa ragi tempe. Kebetulan, Sen yang memiliki hobi memasak, dirinya tergerak untuk mencoba membuat tempe yang bakal dikonsumsi sendiri.
Ia mencari tahu seputar tempe dari berbagai sumber. Misal, ikut grup Komunitas Tempe Indonesia di FB, kemudian grup Tempe Markers. Sen juga mempelajari hasil riset mengenai tempe yang sudah ada sejak 1960-an dan 1970-an. Terakhir, Sen juga banyak menemukan pegiat tempe di sejumlah negara yang memiliki pengetahuan luas seputar tempe.
Setelah percobaan membuat tempe itu jadi, Sen mengirimkan ke beberapa teman yang tinggal di kota lain sembari mempelajari ketahanannya. Hebatnya, walaupun pengiriman dilakukan di bawah suhu 20 derajat dan dalam waktu perjalanan selama 2 hari, tempe yang diterima oleh temannya di kota lain masih dalam kondisi segar.
Selang dua tahun kemudian, Sen mulai menerima pesanan tempe dari komunitas Indonesia yang tinggal di Swedia. Karena pesanan yang terus berdatangan, pada 2021 Sen memutuskan untuk menjadikan sebuah bisnis.
Menurutnya hal tersebut termasuk bisnis yang menjanjikan, mengingat di Swedia sendiri belum banyak yang menjual tempe di toko-toko makanan. Sekalipun ada, biasanya dapat impor dari Belanda. Itupun sudah dipasteurisasi hingga rasanya kurang selezat tempe segar.
Tempe dari Non-Kedelai
Sen juga belajar mengkreasikan tempe. Sebab, tempe dari bahan kedelai tak menarik sebagai bahan makanan lantaran tak bisa ditanam di negara Swedia. Warga setempat berpendapat akan lebih baik banyak orang yang berubah menjadi vegetarian mengonsumsi makanan lokal yang bisa ditanam di dalam negeri.
“Jadi tempe non-kedelai adalah kuncinya,” Kata Sen.
Alhasil, Sen kembali mencoba untuk membuat tempe dari bahan lain. Apalagi tempe bisa dijadikan untuk berbagai bahan lain, mulai dari kacang-kacangan, padi-padian, umbi-umbian hingga mi atau pasta.
Seiring belajar dan terus menerus membuat kreasi tempe, akhirnya kini usaha Sen sudah dikenal hingga ke penjuru Swedia. Ia juga telah membuat inovasi baru dengan menjadikan tempe sebagai produk Tempechips. Adapun tujuannya, Sen ingin memasarkan keripik tempe dengan bahan lokal ke negara-negara Eropa, dan negara lainnya.
Tekad besar dari Sen ini tentu membutuhkan modal yang besar. Oleh karena itu, dirinya berharap bisa menemukan rekan bisnis dengan memiliki misi yang sama.
Melalui Sen yang memperkenalkan jenis-jenis tempe, makanan ini berhasil memenangkan lomba inovasi ATStockholm, pada November 2022, sebagai produk terbaik pilihan juri dan produk terbaik pilihan publik. Kerennya, tempe jadi semakin mendunia, Sob!