Sempat langkanya kedelai sebagai bahan baku tempe, membuat masyarakat Indonesia berinovasi dalam pembuatan tempe. Kali ini ada inovasi dari mahasiswa UNY yang membuat tempe dari biji karet. Kok bisa?
Selama ini kita mengetahui bahwa getah dari pohon karet banyak dimanfaatkan untuk pembuatan ban. Namun ternyata biji dari buah pohon karet bisa dimanfaatkan dan diolah menjadi bahan baku pembuatan tempe.
Inovasi ini dibuat oleh sekumpulan mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan diedukasikan kepada warga Desa Babat, Kecamatan Penukal, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Sumatera Selatan. Program edukasi dari mahasiswa ini diketahui merupakan kerja sama Perguruan Tinggi dengan Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi serta Kementerian Agama untuk menangani masalah sosial yang ada di masyarakat.
Melonjaknya harga kedelai yang juga menyebabkan harga tempe naik senyatanya sempat membuat kelimpungan masyarakat. Karena hal itulah, inovasi dengan membuat tempe dari bahan biji karet, dinilai dapat menjadi salah satu solusinya.
Mahasiswa UNY yang berinovasi membuat tempe berbahan biji karet ini adalah Tegar Ristianto dan Alifah Nur Aqrimah Prodi Pendidikan Sejarah, Aji Nur Wicaksono Prodi Pendidikan Fisika. Bahkan tak hanya mahasiswa dari UNY, mahasiswa dari universitas lainnya juga turut membantu dalam inovasi ini yaitu Mangara Klose Siahaan dari prodi Teknik Sipil Institut Teknologi Sumatera, Gulfi Oktariani serta Nadya Lucyana Prodi Sistem Komputer UNSRI.
Gagasan mengapa memilih biji karet sebagai bahan pembuatan tempe ini dikarenakan biji karet sebelumnya tak dilihat sebagai barang yang bernilai ekonomis. Biji karet hanya dibiarkan jatuh ke tanah atau dijadikan sebagai bibit.
“Kami prihatin biji karet tidak banyak dimanfaatkan, sedangkan penyadap tidak memiliki pekerjaan sampingan,” kata Tegar Ristianto.
Padahal biji karet menyimpan potensi lainnya seperti dijadikan bahan baku pembuatan tempe karena mengandung 31,6 persen karbohidrat, 15,6 persen protein, 40,9 persen lemak dan sisanya adalah mineral dan asam sianida.
Di proses pembuatan tempe berbahan biji karet tentunya harus menghilangkan asam sianida terlebih dahulu dengan cara merendam biji karet selama 24 jam dan direbus selama 90 menit.
Proses pembuatannya pun setelah proses pencucian yaitu membuang kulit, direndam selama 1 jam hingga kemudian dikukus. Lalu selanjutnya biji karet dipindahkan ke tampah dan diratakan tipis-tipis. Setelah kering, baru baru ditaburi ragi. Tahap pemberian ragi merupakan yang terpenting difermentasi.
Tempe dari biji karet diklaim lebih lembut daripada tempe berbahan kedelai karena tidak cepat menjadi busuk dan dapat disimpan hingga 2 minggu di lemari es.
Inisiasi kolaborasi mahasiswa untuk mengajarkan warga Desa Babat membuat tempe dari biji karet ini diapresiasi oleh Kepala Desa Babat, Arie Meidiansyah. Arie mengonfirmasi bahwa selama ini biji karet hanya dibuang dan tidak dijadikan sesuatu yang bernilai ekonomi, meski ternyata memiliki banyak potensi.
“Semoga ini menjadi bagian untuk meningkatkan ekonomi baru di masyarakat,” ujar pemimpin Desa Babat tersebut.