Semakin ke sini lahan tanah di Indonesia mulai menyusut. Hal ini menyebabkan makin sulit untuk membuka lahan pertanian baru lantaran tanah yang tak memadai. Nah, salah satu solusi untuk mengatasinya adalah menggunakan teknologi padi apung yang diinisiasi oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Teknologi padi apung merupakan metode pertanian dengan cara menanam padi di atas rakitan bambu lalu diapungkan di air. Uji coba teknologi ini sudah dilakukan di Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
“Kita ini kan banyak kehilangan lahan subur di Pulau Jawa sekitar 1.400 hektare per tahun sehingga harus mencari alternatif lahan yang lain,” ujar Rektor UMY Prof Gunawan Budiyanto setelah kegiatan Panen Bersama Demplot Padi Teknologi Apung di Green House Fakultas Pertanian UMY, Bantul, Rabu (04/01).
Tim UMY mengklaim kalau teknologi ini mampu meningkatkan sistem ketahanan pangan nasional. Pasalnya metode ini dapat digunakan di lahan marjinal atau tidak subur, rawa maupun yang rentan terkena banjir, Sob. Wah, kuat bak Superman, nih, tumbuhannya!
Gunawan mengambil contoh jika padi ditanam di lahan gambut, kondisinya nggak bakalan baik dan butuh cara khusus. Lantaran gambut merupakan lahan dengan tanah yang senantiasa berair. So, apabila menanam padi di lahan gambut dengan motode biasa khawatirnya berujung tenggelam sebelum waktu panen.
“Jadi kalau menanam padi di lahan gambut posisi padi harus terapung ke atas. Karena itu ada beberapa peneliti agroteknologi UMY melakukan penelitian di kawasan rawa-rawa selama dua tahun,” katanya.
Tak hanya bermanfaat bagi teknologi pertanian, ternyata metode yang dikembangkan oleh UMY ini 100 persen beradal dari sumber daya lokal, loh. Dengan kata lain masyarakat sekitar juga diberdayakan, deh. Oleh karena itu tim UMY berharap masyarakat Indonesia yang tinggal di sekitar Kalimantan hingga Indonesia bagian Timur bisa menerapkan teknologi ini. Menurutnya produktivitas padi bakal bisa berkelanjutan dan terdapat keuntungan tersendiri bagi kelestarian teknologi di daerah tersebut.
Sebelumnya berdasarkan penuturan dari Tenaga Ahli Fakultas Pertanian UMY Mulyono teknologi ini sudah diterapkan di Kalimantan Timur. Hasil panen yang dihasilkan bisa tembus 4-5 ton per hektare dengan padi varietas IR64.
Dari hasil panen tersebut dapat dibuktikan kalau teknologi padi apung buatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta cocok untuk diimplementasikan pada lahan dengan kondisi seperti di daerah Kalimantan Timur. Ke depannya semoga wilayah di Indonesia lainnya juga menerapkan teknik pertanian ini, ya!