Pernahkah kamu memikirkan bagaimana suatu daerah pertambangan ditemukan? Dari luasnya wilayah di Indonesia, menemukan lokasi yang mempunyai potensi sumber daya dan sumber energi tentunya tidak mudah. Beruntung, ada teknologi LiDAR di sektor pertambangan yang bisa bantu menemukan lokasi yang potensial.
Teknologi LiDAR terwujud berkat kemajuan teknologi pemetaan yang akhirnya bisa memberikan solusi lebih cepat, teliti dan juga efisien. Teknologi ini juga telah digunakan oleh beberapa perusahaan pertambangan di Tanah Air.
Apa itu LiDAR?
LiDAR merupakan singkatan dari Light Detection and Ranging, adalah teknologi dalam menyediakan data spasial dengan cepat dan akurat.
Cara kerja LiDAR adalah dengan menembakkan gelombang aktif dari pesawat (atau sekarang sudah digantikan drone) yang terbang ke atas permukaan bumi. Gelombang aktif ini akan kembali setelah mengenai objek-objek yang ditemukan di permukaan bumi. Lalu menghasilkan data dalam bentuk point cloud.
Point cloud merupakan kumpulan titik yang mewakili bentuk atau fitur tiga dimensi (3D) dan setiap titik memiliki koordinat X,Y dan Z. Jika kumpulan point cloud disatukan maka akan membentuk suatu permukaan atau unik berbentuk 3D,
Sistem LiDAR pada umumnya banyak beroperasi dengan menggunakan gelombang near infrared (NIR). Namun beberapa sensor pun ada yang menggunakan spektrum gelombang hijau untuk menembus air dan mendeteksi keadaan di dasar air.
Tak hanya di air, LiDAR pun juga dapat memperoleh data di bawah kanopi pohon. Dan inilah yang menjadikan keunggulan LiDAR dibandingkan fotogrametri dan pemetaan menggunakan citra satelit. LiDAR menggunakan sinar laser, sehingga selama masih ada celah cahaya yang bisa menembus ke bawah kanopi pohon, maka data LiDAR dapat diperoleh.
Teknologi LiDAR di sektor pertambangan dapat digunakan untuk memantau kemiringan lereng, menghitung volume stockpile, dan melakukan cut and fill.
Pendukung Teknologi LiDAR
Namun, selain dengan bantuan teknologi LiDAR, diperlukan pula skill dalam bidang pemetaan hingga akhirnya berkat pengoperasian LiDAR bisa mengeluarkan hasil akhir berupa dara DTM, DSM dan kontur.
Maka dari itu biasanya perusahaan pertambangan juga mempunyai para konsultan tambang yang akan memastikan proses pemetaan dengan teknologi LiDAR di sektor pertambangan berjalan dengan benar dan efisien hingga menghasilkan data dengan kualitas akurasi yang tinggi.
Diketahui LiDAR mampu mengakuisisi data hingga 200 Khz atau 200.000 titik perdetik dan dapat menghasilkan data ketinggian dengan kerapatan 25 titik/m2. Dan biaya untuk memakai teknologi LiDAR di pertambangan yaitu sekitar Rp100 ribu per hektar, dengan luasan minimal 10.000 hektar.
Dan kini, kebutuhan akan penggunaan teknologi LiDAR di sektor pertambangan sangat tinggi. Karena teknologi LiDAR mampu lakukan perhitungan luasan dan topografi yang memiliki ketepatan sangat akurat.