Selain rempah-rempah hingga kopi, Indonesia juga tersohor sebagai pengekspor teh hitam terbaik di dunia. Salah satunya yang paling dikenal ialah Teh Hitam Kayu Aro dari Perkebunan Teh Kayu Aro di kaki Gunung Kerinci, Jambi.
Kebun teh ini termasuk kebun teh tertinggi di dunia setelah Darjeeling Tea Plantation di India yang ada di kaki Gunung Himalaya. Kebun Teh Kayu Aro berada pada ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut. Selain itu kebun teh ini juga terluas di Indonesia yakni mencapai 3.500 hektar.
Teh Kayu Aro menjadi yang terbaik dari segi kualitas karena proses produksinya yang masih sangat tradisional sehingga citarasa teh tetap terjaga. Tak heran, teh yang memiliki aroma kuat ini ini kabarnya menjadi favorit bangsawan dunia. Dari Ratu Elizabeth di Inggris hingga Ratu Wilhelmina, Ratu Juliana dan Ratu Beatrix di Belanda.
Proses produksi Teh Kayu Aro yang tradisional dimulai dari proses penanaman tidak menggunakan bahan kimia, pengawet atau bahan pewarna sedikitpun. Selain itu para pekerja produksi teh juga dilarang menggunakan kosmetik sangat mengolah teh agar menjaga kualitas teh tetep alami dan baik. Hal ini juga didasarkan oleh kepercayaan warga sekitar yang mengatakan berkebun tanpa riasan dipercaya akan menghasilkan kualitas teh terbaik.
Produksi yang menggunakan metode orthodox atau masih dalam bentuk daun membuat perkebunan Kayu Aro dapat menghasilkan teh orthodox terbaik di dunia. Teh ini selain beraroma kuat juga memiliki rasa kental di lidah dan berwarna oranye being.
Selain dengan metode orthodox, Teh Kayu Aro juga diolah dengan cara CTC atau crush-tear-curl yang artinya peras-remas-keriting dan hasil akhirnya berupa butiran-butiran kecil seperti kristal.
Kini perkebunan Teh Kayu Aro memproduksi 5.500 ton teh setiap tahunnya dan diekspor ke negara-negara Asia negara-negara Eropa, hingga Amerika Serikat.
Teh Hitam Kayu Aro yang berada dibawah payung produksi PTPN (PT Perkebunan Nusantara) VI Unit Usaha kayu Aro itu dulunya merupakan hutan biasa dan diubah Belanda menjadi kebun teh. Hingga akhirnya resmi diambil oleh Indonesia pada tahun 1959.