Menanggapi isu kerusakan alam, kelompok seniman kolektif Teater Garasi, Yogyakarta, akan menghelat pertunjukan teater berkonsep lintas media. Berjudul Waktu Batu. Rumah yang Terbakar, pementasan akan digelar di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. Melalui lakon ini, Teater Garasi akan pentaskan isu ekologi melibatkan sejumlah seniman lintas generasi.
Tahun ini, Teater Garasi menjadi bagian penyaji mata acara rangkaian Djakarta International Theater Platform (DITP) 2023, sebuah ruang pertukaran gagasan seni pertunjukan. Lakon Waktu Batu. Rumah yang Terbakar (WB.RyT) ditulis oleh penulis dan dramaturg Ugoran Prasad.
Waktu Batu. Rumah yang Terbakar merupakan versi terkini dari proyek panjang Waktu Batu, yang dimulai sejak tahun 2001. Sepanjang 2002–2006, telah dibawakan beberapa versi pertunjukan Waktu Batu yang dipentaskan di beberapa kota di Indonesia, juga di Singapura; Berlin, Jerman; dan Tokyo, Jepang.
Disutradarai oleh Yudi Ahmad Tajudin, versi ke-4 Waktu Batu ini berkolaborasi dengan seniman-seniman lintas disiplin dan generasi. Penampil dalam pertunjukan ini antara lain perupa Mella Jaarsma, pemusik Yennu Ariendra, penata kostum Retno Ratih Damayanti, dan seniman teater Luna Kharisma dan A. Semali.
Nggak hanya itu, pertunjukan bakal disemarakkan oleh grup musik Majelis Lidah Berduri dan sejumlah performer teater, yaitu Andreas Ari Dwiyanto, Erythrina Baskorowati, Arsita Iswardhani, dan Tomomi Yokosuka. Dari pelaku teater lebih muda hadir pula Enji Sekar Ayu, Wijil Rachmadani, Putu Alit Panca Nugraha, Syamsul Arifin, dan Putri Lestari.
Pertunjukan didukung tata cahaya dan suara oleh Deden Bulqini, Tomy Herseta, dan Tri Rimbawan. Pada 2022 lalu, karya ini diundang untuk diciptakan dan dipentaskan di Festival Indonesia Bertutur, Borobudur, Jawa Tengah.
View this post on Instagram
Degradasi Lingkungan
Kali ini, versi terbaru Waktu Batu digarap dengan fokus tematik seputar duka ekologis (ecological grief). Kesedihan ekologis berpusat pada duka yang timbul akibat kehilangan atau kepunahan yang terjadi di bumi, seperti kepunahan spesies, ekosistem, dan pemandangan alam. Sejak berpuluh tahun lalu bahkan hingga kini, perubahan lingkungan secara akut dan kronis ini masih terus terjadi.
Penulis naskah Ugoran menegaskan, krisis ekologi merupakan hasil yang tak terelakkan dari modernitas dan kolonialitas.
“Mendekati isu duka ekologis dari sudut pandang dunia ketiga, karya ini hendak membuka percakapan tentang watak dan artikulasi duka ekologis, termasuk pertanyaan atas praktik macam apa yang perlu dilakukan, puisi macam apa yang perlu dituliskan,” ucapnya, tercantum dalam rilis pers.
Yudi Ahmad Tajudin selaku sutradara mengatakan, tim Teater Garasi menggarap isu ekologis tersebut dengan mengolah aspek silang media antara teater dengan gim video dan sinematografi. Yudi memahami pula pentingnya menguatkan unsur-unsur visual dan tata cahaya untuk karya pertunjukan.
Sebelumnya karya kolaboratif Teater Garasi dalam Setelah Lewat Djam Malam (2022) dinobatkan sebagai Karya Seni Pertunjukan Pilihan Tempo 2022. Dengan nuansa serupa yang berkonsep lintas media dan lintas generasi, pertunjukan Waktu Batu. Rumah yang Terbakar di Yogyakarta dan Jakarta ingin merawat ruang pertemuan antargenerasi dari ragam penonton seni pertunjukan.
Waktu Batu. Rumah yang Terbakar diproduksi oleh Garasi Performance Institute dan dipersembahkan oleh Direktorat Perfilman, Musik, dan Media – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi; ARTJOG 2023; Djakarta International Theater Platform (DITP); Collabonation IM3; dan KawanKawan Media. Pertunjukan ini juga didukung oleh PT. PLN, Bakti Budaya Djarum Foundation, EPSON Indonesia, Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, dan Dewan Kesenian Jakarta.
Pemesanan tiket menonton dapat mengunjungi layanan pembelian di laman Teater Garasi.