Mungkin sebagian masyarakat di Pulau Jawa, pernah mendengar istilah “Jaran Goyang”. Yups, sebuah mantera yang dikenal berasal dari Suku Osing, Banyuwangi, Jawa Timur. Tapi tahukah Anda, jika mantera ini telah berkembang dan diaplikasikan menjadi sebuah tarian dengan nama Tari Jaran Goyang?
Pertama kali, Tari Jaran Goyang ini dipopulerkan oleh grup kesenian LKN Pandan, Genteng, Kabupaten Banyuwangi pada 1966. Tiga tahun kemudian, seniman asal Banyuwangi bernama Sumirto Hadi merevitalisasi tarian ini hingga sekarang.
Menurut beberapa sumber yang Sampaijauh dapatkan, tarian Jaran Goyang merupakan modifikasi dari tari Seblang dan tari Gandrung. Namun tarian Jaran Goyang lebih menceritakan mengenai kisah kasih pemuda yang cintanya tidak dibalas dengan baik. Akibatnya, pemuda tersebut memiliki niat buruk untuk menggunakan mantra “Aji Jaran Goyang”.
Dalam pementasan Tari Jarang Goyang, biasanya berlangsung selama 7 sampai 12 menit. Penyuguhan musiknya pun sedikit unik, pasalnya tarian ini memasukkan lirik lagu berbahasa suku Osing. Tercatat, sejak diperkenalkan tahun 1966 tarian Jaran Goyang telah mengalami beberapa perkembangan, yakni tahun 1969, 1990, 2010 dan 2016, di mana versi awal gerakannya sangat sederhana, di mana gerakan dasarnya banyak diambil dari Tari Gandrung.
Untuk musiknya sendiri, tarian Jaran Goyang menggunakan beberapa alat instrument tradisional seperti saron, gendang, kluncing (sejenis triangle), kenong, gamelan khas Banyuwangi serta alat musik modern. Biola.
Bagi Anda yang ingin menyaksikan tarian ini, biasanya di Banyuwangi dihadirkan pada acara Kemerdekaan Republik Indonesia dan acara hajatan seperti ulang tahun serta pernikahan.
Sedikit informasi saja, Jaran Goyang sendiri selain dikembangkan menjadi tarian, kini telah merambat ke dunia industri musik dangdut. Di mana banyak para pedangdut di Indonesia khususnya wilayah pulau Jawa menciptakan lagu berjudul “Jaran Goyang”.