Indonesia akan menargetkan diri sebagai pengekspor mobil berjumlah besar di dunia. Seperti dikatakan Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohannes Nangoi, target jumlah ekspor mobil Indonesia hingga Agustus 2023 sudah mencapai 337.312 unit.
Dari jumlah tersebut, Gaikindo optimistis Indonesia mampu menyuplai kebutuhan kendaraan roda empat bagi negara-negara lain. Sebab, jumlah unit mobil nasional yang diekspor meningkat 18 persen dibandingkan periode delapan bulan pertama tahun 2022 sebanyak 285.933 unit. Adapun negara tujuan ekspor disebut sudah melebihi 90 negara.
“Kami mengekspor ke lebih dari 90 negara di dunia, bukan hanya ke negara berkembang saja,” ungkap Yohannes Nangoi, pada Selasa lalu (26/9/2023).
Sebagaimana dilansir CNN Indonesia, target ekspor mobil lengkap atau completely built up (CBU) pada 2023 sebanyak 500 ribu unit. Artinya, mobil berlabel CBU merupakan jenis unit mobil yang dipasok dalam kondisi utuh dan lengkap, bukan hanya bagian per bagian yang belum dirakit.
Prediksi target ekspor mobil CBU dari Indonesia tersebut tampaknya tidaklah berlebihan, Sob. Menyisakan tiga bulan di tahun 2023, jumlah 500 ribu unit diyakini bakal tercapai sebab cuma naik sedikit dari raihan jumlah ekspor pada 2022 sebanyak 473 ribu unit.
Karena itulah, Nangoi menekankan, Indonesia akan menjadi pengekspor mobil besar di dunia sebanyak 1 juta unit pada 2027.
Ramah Lingkungan
Nggak cuma itu, Nangoi pun bilang masa depan produksi mobil di dalam negeri mengarah ke jenis kendaraan ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan pengembangan teknologi mesin bertenaga listrik yang telah dicanangkan sektor industri otomotif. Hal itu memunculkan tren produk electric vehicle (EV) seturut rencana pemerintah dalam mengurangi emisi karbon.
“Kita sudah mempunyai tren di Indonesia yang sebenarnya akan menuju mobilitas ramah lingkungan. Kami memiliki langkah-langkah untuk menuju ke sana,” kata Nangoi.
Selain elektrifikasi, mobil-mobil di Indonesia yang berbasis mesin pembakaran dalam saat ini juga telah beranjak ke teknologi ramah lingkungan. Dari segi emisi, mesin kendaraan telah disesuaikan agar memenuhi ambang batas emisi Euro 4. Pemerintah pun sebelumnya juga berencana mempercepat peralihan ambang batas emisi ke Euro 5 atau bahkan loncat ke Euro 6.
Namun, Nangoi mengharapkan bahwa usaha produsen otomotif dalam negeri tidak perlu menyusahkan diri dengan memproduksi bahan bakar sendiri. Maka, kata dia, pemerintah sudah sepatutnya mendukung penyediaan bahan bakar utama. Dengan begitu, dapat memudahkan sektor industri otomotif dalam proses produksi kendaraan sesuai kapasitas yang dibutuhkan konsumen dalam bermobilisasi.