Memasuki tahun yang baru, setiap sektor industri di Tanah Air pastinya punya target-target baru yang ingin dicapai. Termasuk industri makanan dan minuman (mamin) yang optimis tetap tumbuh di tengah kondisi inflasi 5% dan juga tantangan industri mamin pada 2023 yang disebutkan oleh Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI).
Menurut GAPMMI, industri mamin sebenarnya pulih dari pandemi Covid-19. Data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan industri mamin sepanjang 2022 mencapai 4,9 persen. Hal ini menurun dari capaian di tahun sebelumnya.
“Karena sebelum pandemi pertumbuhan bisa di atas 7 - 9 persen ya, kadang pernah di atas 10 persen ya, ini kenapa demikian, karena kita memang masih dalam proses pemulihan,” kata Adhi pada Sabtu (12/2/2023), melansir dari Bisnis.com.
Tantangan Industri Mamin pada 2023
Lebih lanjut, menurut Adhi, selain karena belum sepenuhnya dari pandemi Covid-19, industri mamin juga terdampak ketidakstabilan geopolitik dan perubahan iklim yang tidak menentu yang menyebabkan meningkatnya harga bahan baku, harga energi, serta harga logistik. Hal inilah yang masih harus dihadapi den menjadi tantangan industri mamin di 2023 ini.
“Dan tahun ini kita juga menghadapi hal yang sama, geopolitik dan climate change ini belum menentu. Menurut saya, pertumbuhan 5 persen ini sudah cukup bagus dalam kondisi saat ini,” tuturnya.
Tantangan global yang juga harus dihadapi industri mamin adalah munculnya gerakan anti makanan olahan atau gerakan anti ultra-processed food di tataran dunia dan bahkan juga sudah mulai masif dilakukan di Indonesia. Gerakan tersebut mengkampanyekan untuk makanan mentah dan makanan yang tidak melalui proses pengolahan.
Selain itu menurut ekonom lainnya yaitu ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, tantangan lainnya di dalam negeri yang masih harus diatasi oleh industri mamin ialah belum terkoordinasi dengan baik antara hulu bahan baku di sektor pertanian hingga hilir industri di pemasaran di subsektor mamin.
Karena hilirisasi di industri mamin belum jelas, maka tak ayal kegiatan impor masih tinggi hingga juga menjadi masalah dan tantangan.
GAPMMI juga menambahkan bahwa industri mamin Tanah Air juga mengeluhkan penerapan penerapan Sistem Nasional Neraca Komoditas atau Sinas-NK yang mengganggu impor baja dan besi untuk pembuatan alat mesin produk mamin
Namun demikian, Adhi tetap optimis pertumbuhan industri mamin bisa tetap moncer hingga 5 persen karena didukung oleh investasi yang terus meningkat dan ekspor yang masih terus berjalan.
Itu dia, Sob, sejumlah tantangan yang masih harus dihadapi industri makanan dan minuman di tahun ini, meski pandemi sudah mulai mereda. Semoga salah stau pentolan sektor industri Indonesia ini bisa mengatasinya, ya.