Acara forum Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 telah selesai dilaksanakan di Bali pada 23-28 Mei kemarin dengan Indonesia sebagai tuan rumah. Selain pameran dan diskusi forum global mengenai penanganan bencana, sorotan lainnya dari perhelatan kelas internasional tersebut adalah peneguhan Kelurahan Tanjung Benoa sebagai Komunitas Siaga Tsunami pertama di dunia oleh Komisi Oseanografi Antar Pemerintah (IOC) UNESCO.
Sertifikat pengakuan disampaikan oleh Mohamed Djelid, Director of the UNESCO Regional Science Bureau for Asia and the Pacific dan didampingi Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG), Gubernur Bali, dan Senior Advisor UNDP Bangkok Regional, Sanny Jegillos.
Kepala BMKG Indonesia, Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa Tanjung Benoa adalah komunitas pertama di dunia yang mendapat pengakuan internasional dari UNESCO-IOC sebagai komunitas siaga tsunami.
Apa Itu Komunitas Siaga Tsunami?
Program komunitas siaga tsunami yang dikembangkan oleh IOC-UNESCO ini bertujuan untuk membangun kesadaran masyarakat akan kesiapsiagaan melindungi kehidupan, wilayah mata pencaharian dan harta benda dari bencana tsunami.
Tanjung Benoa merupakan wilayah yang dikelilingi lautan dan juga berhadapan dengan zona megathrust selatan Bali, sumber gempa bumi potensi tsunami dengan magnitudo maksimum 8,5.
Namun di satu sisi, kelurahan ini juga merupakan daerah wisata populer di Pulau Dewata. Berbeda dengan pantai-pantai lain, Tanjung Benoa terkenal dengan sarana olah raga dan permainan air seperti banana boat, scuba diving, selancar, wisata kapal selam, seawalker, jet ski, flying fish, hingga parasailing.
Selama ini, Kelurahan Tanung Benoa sudah memiliki Peta Bahaya Tsunami yang mudah dimengerti masyarakat dan juga tempat evakuasi tsunami vertikal yang berada di tujuh hotel.
Tak hanya karena itu, terpilihnya Tanjung Benoa sebagai Komunitas Siaga Tsunami, tentunya telah memenuhi 12 indikator yang meliputi penilaian, kesiapan, dan respon.
Ke depannya, sebagai kampung siaga tsunami, komunitas masyarakat di sana akan lebih banyak pembuatan peta evakuasi bagi masyarakat, pemasangan rambu-rambu jalur evakuasi, titik berkumpul, dan zona bahaya tsunami.
Selama proses pelaksanaannya, seluruh masyarakat juga aktif berpartisipasi dalam sejumlah kegiatan. Dalam menyiapkan kesiapsiagaan, Tanjung Benoa juga melibatkan sekolah untuk melatih para siswa mengenai simulasi gempa bumi dan tsunami secara rutin.