Tanaman Singkong, si Tahan Banting di Segala Iklim

Diterjang hujan, diterpa kemarau, tanaman singkong tetap bertahan, Bestie!

Tanaman Singkong Perubahan Iklim

Foto ilustrasi tanaman singkong. Sumber foto: pesantrennuris.net.

Sudah bukan hal baru lagi kalau Indonesia merupakan produsen singkong terbesar ke-5 di dunia setelah Nigeria, Republik Kongo, Thailand, dan Ghana. Pantas saja, babang-babang jual gorengan pasti jualnya singkong, ternyata Indonesia produsen singkong top 5 di dunia. Di restoran Padang juga sayurnya pasti daun singkong berkuah, tuh.

Selain itu, sebagai bukti, berdasarkan data di tahun 2020 menunjukkan bahwa produksi singkong dari Tanah Air sebanyak 18,3 juta ton. Wah, tanaman singkong penghasil rupiah buat negara, nih, ternyata.

Di balik kisah tanaman singkong yang produksinya tinggi banget di Indonesia, rupanya ia punya daya tahan yang cukup baik di berbagai iklim, loh. Keberlangsungan hidup manusia bahkan bisa terbantu dengan keberadaan singkong.

Ambil contoh di Afrika Selatan, tepatnya Republik Kongo yang sebagian besar penduduknya bergantung pada hasil panen singkong. Mereka menyebut tanaman ini sebagai keajaiban karena dapat bertahan di cuaca Afrika yang ekstrem.

Melansir National Geographics Indonesia, pakar perubahan iklim, Andy Jarvis mengatakan tanaman singkong dapat bertahan di temperatur tinggi. Jadi saat musim kering tiba, tumbuhan yang termasuk jenis umbi-umbian ini akan mematikan diri hingga hujan kembali turun. Ih, semacam saklar listrik, euy. 

Dari sisi panen, singkong memiliki masa panen 7-8 bulan. Sedangkan ketika curah hujan meningkat 200 mm/bulan, maka masa panen mencapai 7-9 bulan. Beda 1 bulan aja, loh!

“Tak ada tanaman lain yang mampu memiliki level ketahanan seperti ini,” imbuh Jarvis.

Kehebatan lain dari jenis tanaman ini adalah mampu tumbuh di tanah yang kondisinya buruk atau hanya memiliki sedikit air. Tahan bantingnya singkong nggak sampai di situ saja, ia juga nggak mudah hancur ketika hujan deras.

Oleh sebab itu, singkong bisa menjadi tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan atau diunggulkan ke depannya. Diperkirakan menurut peneliti pada tahun 2030 nanti, temperatur Bumi akan mencapai 1,2 – 2 derajat celcius. Suhu tersebut akan lebih panas dibandingkan dengan sekarang. Jika menggabung kondisi perubahan pola hujan di masa depan, maka singkong menjadi satu-satunya alternatif tanaman yang mampu bertahan dalam kondisi tersebut.

Ilmuwan berharap, penelitian yang mereka temukan mengenai tanaman singkong bisa mendorong komunitas untuk melakukan studi lebih lanjut terhadap tanaman jenis umbi-umbian tersebut.

Sebagai pencinta singkong, Sobat nggak perlu malu lagi, ya, kalau selama ini sarapannya cuma pakai singkong rebus sama sambal, atau makan sayur singkong melulu padahal sudah tahu pahitnya minta ampun, hehe. Karena ternyata, tanaman singkong ini punya kelebihan yang mumpuni di masa depan. Hitung-hitung, Sobat SJ latihan ganti bahan pangan sebelum perubahan iklim ekstrem di masa depan, hehe. 

Exit mobile version