Ternyata kita tak perlu menunggu hingga 2060, target nol emisi karbon direncanakan terpenuhi oleh peran sektor industri hanya dalam waktu 5 tahun saja. Hal ini diungkapkan hasil survei yang dilakukan oleh ABB Energy Efficiency Investment Survey 2022 kepada pelaku industri di Indonesia.
PBB dan negara-negara di dunia sepakat perlunya aksi kolaboratif global untuk meminimalisir dampak perubahan iklim, mulai dari mengurangi efek rumah kaca, emisik karbon hingga mempercepat transformasi energi ke energi baru terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan.
Maka dari itu, survei yang diterbitkan oleh Sapio Research mencari tahu bagaimana kesiapan industri global termasuk Indonesia perihal target nol emisi karbon dengan menargetkan 2.294 perusahaan dengan skala 500 hingga 5.000 karyawan atau lebih di 13 negara.
“Survei ini menawarkan gambaran terkini program dan rencana investasi industri di mancanegara dalam menerapkan langkah-langkah efisiensi energi untuk mencapai target nol emisi,” tulis ABB dalam keterangannya yang dikutip Kamis (2/6/2022).
61% dari 106 Industri Ingin Capai Nol Emisi Karbon dalam Waktu 5 Tahun
Dari hasil survei oleh ABB, sebanyak 61% responden Indonesia dari 106 penggerak industri yang menangani survei ini menyatakan rencana mencapai target tersebut dalam waktu 5 tahun.
“Sebanyak 75% responden memilih komitmen keberlanjutan sebagai alasan utama yang mendorong investasi efisiensi energi, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan skoring tertinggi dalam aspek ini secara global,” ucap Country Holding Officer, ABB Indonesia, Gerard Chan.
Selanjutnya juga ada temuan utama yang menunjukkannya lebih dari setengah atau 54% perusahaan telah mulai berinvestasi, sementara 40% lainnya berencana melakukan peningkatan efisiensi energi tahun ini.
Lebih dari sepertiga atau 36% responden berencana melakukan investasi untuk peningkatan efisiensi energi di tahun ini. Transisi ke energi terbarukan dan yang lebih ramah lingkungan sangat diperlukan.
Menurut Gerard Chan, Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap perubahan iklim. Dengan begitu melakukan transisi energi perlu diawali dengan fokus terhadap upaya efisiensi energi yang memungkinkan terwujudnya dekarbonisasi bagi sektor lainnya secara lebih efektif dan efisien.
Namun, transisi energi ini juga memiliki beberapa hambatan di antaranya faktor biaya, diikuti dengan downtime atau penghentian proses operasi serta kurangnya keterampilan digital tenaga kerja.
Temuan lain di survei ABB ini adalah sebanyak 59% responden mengatakan telah mendapat informasi dan juga dukungan dari pemerintah mengenai kendala yang dihadapi. Terlebih sektor energi kini merupakan prioritas pada dua sektor utama lainnya yaitu tak hanya di industri manufaktur namun juga layanan pendukung yang meliputi manajemen gedung, HVAC (sistem pengaturan suhu), dan pencahayaan.
Comments 1