Musim panas berkepanjangan di wilayah benua Amerika ternyata banyak mengakibatkan sungai-sungai terlihat kering. Salah satunya yang terimbas adalah Sungai Amazon. Yups, dengan mulai keringnya sungai terpanjang di benua Amerika tersebut membuat batu-batu dengan pahatan ragam ekspresi wajah manusia bermunculan.
Fenomena pahatan ragam ekspresi wajah manusia tersebut pun viral melalui berbagai media sosial. Sehingga membuat warganet bertanya, “Siapa yang membuat pahatan wajah manusia di batu-batu dasar Sungai Amazon?”.
Karena kabar viral, para arkeolog pun mencoba meneliti asal dari pahatan wajah di batu-batu tersebut. Menurut laporan dari The Guardian, pahatan tersebut dibuat oleh warga pribumi kuno asli Amazon, sebelum penjajahan Columbus di Amerika datang.
Menurut para arkeolog, pahatan tersebut telah berusia lebih dari 2.000 tahun. Tidak hanya pahatan berupa wajah manusia saka, ada juga ukiran seperti hewan dan bentuk lainnya ditemukan di tepi Rio Negro, sebuah situs arkeolog Ponto das Lajes atau Place of Slabs di Brasil.
“Para peneliti memperkirakan pembuatan [pahatan] sekitar 1.000 atau 2.000 tahun lalu,” tulis The Guardian.
Sedangkan menurut sejarawan Brasil bernama Beatriz Carneiro, pada 2010 lalu, pahatan serupa pernah ditemukan di wilayah Rio Negro saat kekeringan melanda Brasil yang mengakibatkan penurunan air hingga 13,63 meter (kekeringan terparah). Saat ini pun, diperkirakan penyurutan air sungai mencapai lebih dari 12 meter.
Beatriz berharap, kekeringan yang terjadi saat ini segera berlalu. Pasalnya, ia takut peninggalan bersejarah tersebut hilang dan rusak akibat tangan-tangan jahil manusia.
“Sayangnya pahatan ini terlihat lagi seiring dengan kekeringan yang semakin parah. Dengan adanya air sungai yang kembali akan menjaga pahatan tetap utuh lebih dari yang bisa kami lakukan,” jelas Beatriz Carneiro seperti dikutip Phys.
Di sisi lain, salah seorang warga bernama Livia Ribeiro, yang sudah lama tinggal di kota Manaus dekat dengan Amazon mengaku tidak pernah melihat pahatan serupa sebelumnya. Bahkan ia pernah menduga, ukiran-ukiran batu tersebut merupakan hal yang bohong.
“Saya pikir tadinya hal ini adalah kebohongan, saya tidak pernah melihat ini sebelumnya sejak tinggal di Manamus selama 27 tahun. Namun setelah melihatnya, saya pikir pahatan itu cantik. Tapi ini mengkhawatirkan, apakah sungai ini akan tetap ada dalam 50 tahun atau 100 tahun ke depan,” jelas Ribeiro kepada The Guardian.
Sekedar informasi saja, pahatan-pahatan kuno di batu yang telah ditemukan oleh para arkeolog di Brasil memiliki beberapa bentuk seperti persegi panjang dan ouval dengan gambar senyuman atau ekspresi muram.
Bisa dibilang, situs tersebut mengekspresikan emosi dan perasaan sang pemahat yang merupakan penduduk asli Amazon saat itu.