Salah satu ikon Yogyakarta yaitu Sumbu Filosofi resmi ditetapkan oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan dunia. Peresmian Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia berlangsung pada saat Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage Committee (WHC) di Riyadh, Arab Saudi.
Penetapan warisan dunia terbaru dari Yogyakarta ini diterima UNESCO sepenuhnya tanpa sanggahan sesuai dengan dokumen penetapan WHC 2345.COM 8B. 39. Lebih lanjut, dalam daftar World Heritage List UNESCO memasukkan Sumbu Filosofi dengan tajuk The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks.
Dalam sidang tersebut, Indonesia diwakili oleh Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi Abdul Aziz Ahmad. Abdul mengucapkan terima kasih kepada pihak Komisi Warisan Dunia UNESCO yang telah menetapkan warisan dunia asal Yogyakarta tersebut.
“Kami merasa terhormat dapat menyumbangkan mutiara ini ke dalam Daftar Warisan Dunia, yang merupakan perpaduan indah antara warisan budaya benda dan takbenda,” ujar Abdul, Selasa (19/9/2023).
Dalam acara yang sama, turut hadir mewakili Yogyakarta adalah Wakil Gubernur KGPAA Sri Paduka Paku Alam X didampingi Tim Delegasi DIY. Sri Paduka menyampaikan rasa bangganya karena warisan daerah tersebut saat ini menjadi milik dunia.
“Saya, mewakili Bapak Gubernur DIY atas nama Pemda DIY mengucapkan syukur alhamdulillah atas ditetapkannya Warisan Budaya Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Budaya Dunia dari Indonesia. Sumbu Filosofi Yogyakarta dengan nama The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks, kini tidak hanya menjadi milik Yogyakarta atau Indonesia, tetapi juga menjadi milik dunia,” ujar Sri Paduka, melansir dari laman Pemerintah Provinsi Yogyakarta.
Tentang Sumbu Filosofi Yogyakarta
Memiliki nama lain Garis Imajiner Yogyakarta, yakni sebuah garis tegak imajiner (khayal) di Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Garis ini memanjang dari utara ke selatan yang menghubungkan Gunung Merapi di utara dengan Pantai Parangkusumo ataupun Pantai Parangtritis di selatan melewati Keraton Yogyakarta. Garis ini melewati beberapa bangunan monumental di Kota Yogyakarta. Garis ini di antaranya melewati Panggung Krapyak–Keraton–Tugu Pal Putih.
Seperti namanya, bangunan ini mempunyai beberapa filosofi Jawa yang kuat. Struktur jalan beserta kawasan di sekelilingnya memiliki filosofis Jawa yang bermakna keberadaan manusia yang meliputi daur hidup manusia (Sangkan Paraning Dumadi) dan kehidupan harmonis antarmanusia dan antara manusia dengan alam (Hamemayu Hayuning Bawana).
Selain itu, sumbu ini juga menunjukkan adanya hubungan antara manusia dan Sang Pencipta serta antara pemimpin dan rakyatnya (Manunggaling Kawula Gusti), serta dunia mikrokosmik dan makrokosmik.
Sumbu Filosofi Yogyakarta menjadi warisan Indonesia keenam yang diakui dunia setelah Candi Borobudur (1991), Candi Prambanan (1991). Situs Sangiran (1996), Subak Bali (2012), dan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (2019).