Baru-baru ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan penyakit hepatitis akut misterius yang banyak menyerang usia anak-anak. Penyakit tersebut diketahui berasal dari Adenovirus 41 dan dapat mengakibatkan kematian.
Di Indonesia sendiri tercatat sudah 10 anak lebih yang diduga terjangkit hepatitis akut misterius ini. Sempel pertama milik pasien yang diduga terinfeksi kasus hepatitis misterius ini pun telah dilakukan penyelidikan. Spesialis Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Budiman Bela membeberkan hasil pemeriksaan tidak menemukan Adenovirus 41.
Sayangnya, sampel tersebut tidak disebutkan secara rinci oleh Budiman mulai dari usia, daerah tempat korban serta korban pertama yang sudah diperiksa itu. Ia hanya menerangkan jika FKUI telah menerima tujuh sampel dari kasus suspek hepatitis akut tersebut.
“Dari hasil pemeriksaan tersebut diperoleh hasil tidak ditemukan Adenovirus 41. Di sini kami masih memperkirakan bisa saja karena menggunakan sampel plasma dan bukan sampel whole blood,” terang Budiman melalui YouTube CME FKUI pada Jumat (13/5/2022).
Alasan pihak Budiman menggunakan sampel plasma lantaran sampel pertama berasal dari pasien yang meninggal dunia sehingga belum sempat diambil sampel darah lengkap atau whole blood. Sementara Adenovirus 41 menurutnya banyak ditemukan pada pemeriksaan dengan sampel darah lengkap.
Ada tiga temuan pada pemeriksaan sampel pertama pada pasien hepatitis akut tersebut, di antaranya DNA CMV (cytomegalovirus), Bacillus cereus dan Legionella sp.
Diketahui DNA CMV sendiri sejauh ini banyak menginfeksi anak di Indonesia. Sedangkan Bacillus cereus mudah ditemukan pada debu, sehingga plasma dapat terinfeksi saat pengambilan spesimen atau saat dalam perjalanan.
Sementara Legionella sp kebanyakan ditemukan pada ruangan ber-AC. Dengan temuan ini maka Budiman Bela mengaku belum dapat menyimpulkan penyebab dari dugaan hepatitis akut tersebut. Mengenai hasil penelitian sampel pertama pun akan disimpan dan dijadikan bahan analisis dengan hasil penelitian sampel selanjutnya.
“Jadi apakah ini signifikan pada infeksi anak? Tentu akan sulit kami teliti lebih lanjut, karena anaknya sudah meninggal dunia. Namun, tentunya temuan ini tetap kita simpan dan nanti akan kami analisis lebih lanjut dari hasil-hasil pemeriksaan pasien lainnya yang saat ini masih diperiksa Nusantics,” tambahnya.
Lebih lanjut, Budiman mengungkapkan jika tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa kasus hepatitis misterius berasal dari pemberian vaksin Covid-19 di Indonesia. Sebagian besar pasien suspek hepatitis misterius belum menerima vaksin lantaran usia mereka masih di bawah 6 tahun.
“Kasus hepatitis akut misterius pada anak tidak berhubungan dengan pemberian vaksin Covid-19,” tutupnya.
Di sisi lain Kementerian Kesehatan mencatat hingga 12 Mei 2022, sudah terdapat 18 kasus suspek hepatitis akut di Indonesia. Tujuh di antaranya meninggal dunia dan ketujuh korban meninggal dunia tersebut empat ditemukan di DKI Jakarta, kemudian yang lainnya masing-masing terjadi di Tulungagung (Jawa Timur), Solok (Sumatra Barat) dan Kalimantan Timur.