Maaf merupakan sebuah kata yang diucapkan ketika seseorang berbuat kesalahan. Sayangnya, kondisi ini sepertinya tidak berlaku di Indonesia, Sob. Pasalnya di negara kita, kata ‘maaf’ diucapkan ketika menyampaikan hal-hal kecil, meskipun orang tersebut tidak membuat kesalahan sama sekali.
Misal, ketika ingin bertanya kepada seseorang tentang suatu tempat yang akan dituju atau saat ingin meminjam barang kepada orang lain. Secara otomatis kamu akan mengatakan ‘maaf’ dahulu sebelumnya.
Pada dasarnya mengungkapkan kata maaf itu sangat baik apabila pada porsinya. Akan tetapi ketika sudah mengucapkan kata maaf terlalu sering, maka bisa termasuk ke dalam sorry syndrome, loh.
Apa itu sorry syndrome?
Dilansir Subconscious Servant, sorry syndrome adalah bentuk kebutuhan yang sangat besar untuk meminta maaf pada tiap hal kecil dalam konteks apapun. Orang yang mengalami sindrom ini memiliki keinginan untuk meminta maaf pada orang lain selama interaksi atau menggunakan kata tersebut sebagai salah satu bentuk respons secara refleks berkelanjutan.
Sayangnya fenomena satu ini bisa mengubah perlakuan seseorang terhadap pengidap sindrom ini. Misalnya, kamu akan menjadi sasaran empuk mereka untuk dimanipulasi. Dampaknya kamu bisa kehilangan harga diri, kecewa, dan merasa gagal bagi orang lain.
Ciri-ciri Pengidap Sorry Syndrome
Umumnya seseorang yang memiliki sindrom maaf ini memiliki beberapa ciri seperti di bawah ini, Sob:
- Meminta maaf untuk hal-hal yang tak bisa dikendalikan;
- Meminta maaf atas tindakan orang lain;
- Meminta maaf saat sedang berinteraksi dengan wajar, seperti melewati seseorang yang sedang duduk;
- Meminta maaf demi hal-hal yang tidak kamu lakukan dan bukan kesalahanmu;
- Meminta maaf kepada benda mati, dan meminta maaf saat mencoba untuk bersikap tegas.
Lantas apa yang harus dilakukan ketika ada seseorang, kerabat dekat, atau keluarga yang memiliki ciri-ciri seperti di atas? Apakah ada cara untuk menanganinya?
Cara Menangani Sorry Syndrome
Melansir Klikdokter, menurut anjuran Psikologi Ikhsan Bela Persada apabila seseorang memiliki tanda-tanda menderita sindrom ini, maka cara menanganinya adalah sebagai berikut:
1. Belajar untuk mengungkapkan kata maaf sesuai dengan kondisi tertentu. Contoh, ketika kamu melakukan kesalahan atau ikut berperan terhadap timbulnya suatu permasalahan.
2. Coba untuk mengganti kata maaf menjadi terima kasih. Cara ini bisa kamu lakukan ketika kamu menjatuhkan barang orang lain yang membantu mengambilkannya.
3. Jika sudah terlalu berlebihan dalam mengucapkan kata maaf, sebaiknya coba konsultasikan kepada psikolog untuk mencari tahu penyebabnya.
Jangan menganggap remeh sindrom ini, ya. Sebab, sorry syndrome bisa muncul terutama pada seseorang yang kurang mampu menilai dirinya sendiri dengan baik. Kalau perlu, luangkan waktu sejenak agar kamu bia mengenal diri sendiri dan melihat bahwa dirimu juga sama pentingnya dengan orang lain. Selain itu, adanya support dari lingkungan sekitar seperti kerabat atau keluarga juga berpengaruh, loh.